Campak meroket tinggi di 2023, pastikan imunisasi campak lengkap

Kutipan

Mengikuti penurunan cakupan vaksinasi campak selama beberapa tahun terakhir, kasus campak meroket tinggi. Pada tahun 2022 ditemukan peningkatan secara global sebesar 18%, serta peningkatan kematian  secara global sebesar 43% (dibandingkan dengan tahun 2021). Peningkatan ini menjadikan perkiraan jumlah kasus campak secara global menjadi 9 juta dan kematian menjadi 136.000 – sebagian besar terjadi pada anak-anak.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada awal tahun 2023 mengumumkan kasus campak di Indonesia yang tercatat selama tahun 2022 mengalami peningkatan sebesar 32 kali lipat dari tahun sebelumnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (Worid Health Organization; WHO) baru-baru ini menyuarakan alarm peringatan atas peningkatan kasus, kematian, dan wabah campak secara global ketika tingkat vaksinasi sulit pulih dari keterpurukan selama dan setelah pandemi COVID-19.

Campak adalah penyakit yang sangat menular dan dapat dicegah dengan vaksin yang memerlukan kekebalan masyarakat yang tinggi agar penularannya dapat dihentikan. Keenam wilayah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah berkomitmen untuk mengeradikasi campak; namun, belum ada wilayah yang berhasil mencapai target imunisasi campak dan mempertahankan eliminasi campak.

Berdasarkan Laporan Gabungan dari WHO dan US CDC yang baru dirilis tanggal 17 November 2023 ini menjelaskan kemajuan eliminasi campak selama tahun 2000–2022. Secara global, cakupan vaksinasi campak dosis pertama yang sempat meningkat dari 72% menjadi 86% pada tahun 2000-2019 mengalami penurunan hingga 81% pada tahun 2021 selama pandemi COVID-19, yang merupakan cakupan terendah sejak tahun 2008. Di Indonesia sendiri, cakupan vaksinasi campak dosis pertama pada bayi usia 12 – 23 bulan di tahun 2021 hanya sebesar 72%.

Pada tahun 2022, cakupan MCV dosis pertama meningkat menjadi 83%. Hanya setengah (72) dari 144 negara yang melaporkan kasus campak mencapai target indikator surveilans campak yaitu dua atau lebih kasus yang dibuang per 100.000 penduduk pada tahun 2022.

Artikel Populer

Infeksi Tifoid Kronis Bisa Menyebabkan Batu Empedu
HPV Pada Pria: 1 dari 3 Pria Terinfeksi HPV Genital
Pneumonia Misterius di China, Kembali Menghebohkan Dunia
Ixchiq, Vaksin Chikungunya Pertama Disetujui US FDA
Mikrobioma Vagina Mulai Mendapat Perhatian Khusus di Tahun 2023

Imunisasi Campak Gagal Mencapai Target, Kasus Campak Meroket Tinggi

Kasus campak meroket tinggi, imunisasi campak lengkap mengurangi kematian
Perkiraan jumlah kematian tahunan akibat campak dengan vaksinasi campak dan tanpa vaksinasi campak — di seluruh dunia, 2000–2022

Selama tahun 2021–2022, perkiraan kasus campak meningkat 18%, dari 7.802.000 menjadi 9.232.300, dan jumlah negara yang mengalami wabah besar atau wabah yang mengganggu meningkat dari 22 menjadi 37.

Perkiraan kematian akibat campak meningkat 43% selama tahun 2021–2022, dari 95.000 menjadi 136.200. Meskipun demikian, diperkirakan 57 juta kematian akibat campak dapat dicegah melalui vaksinasi selama tahun 2000–2022.

Pada tahun 2022, cakupan imunisasi campak dan pengawasan global menunjukkan adanya pemulihan dari kemunduran pandemi COVID-19; namun, cakupan imunisasi menurun di negara-negara berpenghasilan rendah, dan secara global, cakupan imunisasi campak yang kurang optimal selama bertahun-tahun menyebabkan jutaan anak tidak terlindungi.

Pada awal tahun 2023, dr. Prima Yosephine, MKM, selaku Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengatakan “selama tahun 2022 yang lalu, jumlah kasus campak yang ada di negara kita memang cukup banyak lebih dari 3.341 laporan kasus. Kasus – kasus ini menyebar di 223 kabupaten/kota di 31 provinsi.”

Salah satu faktor utama penurunan cakupan imunisasi campak di Indonesia adalah karena pandemi COVID-19. Selama 2 tahun berturut-turut, segala upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pelayanan imunisasi rutin gagal tercapai, sehingga banyak anak-anak yang telat mendapatkan vaksinasi.

Sepertinya kamu butuh ini deh

“Pemerintah menargetkan eliminasi campak rubella tahun 2023 secepatnya. Eliminasi itu adalah suatu keadaan di mana kita bisa menekan sedemikian rupa angka dari kesakitan akibat campak ini, sehingga tentu tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi. Tapi dengan adanya kenaikan kasus campak di negara kita tentu mimpi untuk mencapai eliminasi ini menjadi agak sulit untuk bisa merealisasikannya tahun ini,” ungkap dr. Prima.

Menuju Rencana Eliminasi Campak

Pada tahun 2023, pemerintah menginisiasi program vaksinasi kejar dengan suntikan ganda. Yang dimaksud dengan ini adalah bahwa dalam sekali kedatangan ke fasilitas kesehatan, bayi atau balita bisa mendapatkan dua vaksin dasar sekaligus. Vaksinasi yang diberikan pada program ini meliputi imunisasi Campak dan Rubella dengan vaksin MR serta pencegahan terhadap Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Haemophilus Influenzae tipe B (HiB) dan Polio dengan vaksin pentavalent (DTP-HiB-IPV) atau vaksin hexavalent (DTP-HepB-HiB-IPV). Strategi pemberian vaksin tambahan ini, tanpa memperhatikan riwayat vaksinasi sebelumnya, diharapkan dapat mengejar cakupan imunisasi dasar melalui Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN).

Pencegahan terhadap Campak dengan melengkapi imunisasi anak sangat penting dilakukan. Hal ini terutama menjadi sangat krusial, apabila anak sudah memasuki usia prasekolah (taman bermain, PAUD, dsb) dan sekolah, mengingat bahwa penularan penyakit kerap kali terjadi di bangku kelas.

Berdasarkan observasi kami, beberapa institusi prasekolah dan sekolah dasar sudah menerapkan pemeriksaan riwayat imunisasi campak sebagai syarat penerimaan siswa. Oleh karena itu, riwayat vaksinasi harus dijaga dengan baik sebagai pembuktian atas dokumentasi imunitas, bahkan hingga anak sudah dewasa. Dokumentasi imunitas umumnya juga akan dibutuhkan apabila nantinya akan melanjutkan pendidikan lanjutan di perguruan tinggi.

Selain anak, tentunya setiap orang dewasa yang tidak memiliki dokumentasi imunitas atau belum melengkapi anjuran dosis vaksinasi, harus secara proaktif melakukan pencegahan campak dengan melengkapi vaksinasi MMR sesuai dosis yang dianjurkan. Orang dewasa yang belum melengkapi vaksinasi, selain menempatkan dirinya dalam risiko infeksi campak dan komplikasinya, dapat menjadi sumber penularan infeksi campak dan rubella.

Sebagai informasi, penting untuk diketahui bahwa komplikasi infeksi campak seperti kebutaan, ensefalitis, diare parah dan dehidrasi terkait, infeksi telinga, masalah pernapasan parah termasuk pneumonia, dan bahkan kematian, paling sering terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun dan dewasa di atas usia 30 tahun. Campak sendiri juga melemahkan sistem kekebalan tubuh dan dapat membuat tubuh “lupa” bagaimana melindungi diri terhadap infeksi, sehingga membuat orang yang terinfeksi menjadi sangat rentan terhadap infeksi sekunder lainnya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *