Terdapat berbagai metode dan pendekatan dalam proses pengembangan dan produksi berbagai jenis-jenis vaksin. Pendekatan ini dipilih berdasarkan informasi tentang infeksi yang akan dicegah oleh vaksin. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri membutuhkan pendekatan yang berbeda. Seperti bagaimana kuman menginfeksi sel tubuh, dan bagaimana kekebalan tubuh merespons.

Negara di mana vaksin akan digunakan juga merupakan pertimbangan praktis yang penting. Jenis kuman, kondisi lingkungan – seperti suhu – dan risiko paparan, mungkin bervariasi di masing-masing negara. Metode pengiriman vaksin yang tersedia juga mungkin berbeda tergantung kondisi geografis. Saat ini ada lima jenis utama vaksin yang biasa digunakan:

Vaksin Hidup Dilemahkan (Live, attenuated)

Vaksin hidup yang dilemahkan dapat digunakan sebagai pencegahan terhadap virus dan bakteri. Vaksin ini mengandung virus atau bakteri yang hidup namun telah dilemahkan, sehingga tidak menyebabkan penyakit serius pada orang sehat dengan sistem kekebalan tubuh yang normal. Karena vaksin hidup yang dilemahkan adalah jenis vaksin yang paling menyerupai infeksi alami, vaksin hidup merupakan guru yang terbaik untuk sistem kekebalan tubuh. Contoh-contoh vaksin hidup yang dilemahkan termasuk vaksin campak, gondong, dan rubela (MMR), vaksin varisela (cacar air), vaksin tifoid (tipes; sudah tidak lazim digunakan), dll. Meskipun sangat efektif, namun risiko efek samping juga lebih tinggi sehingga tidak semua orang dapat menerima vaksin ini. Pasien dengan gangguan kekebalan tubuh — misalnya, mereka yang menjalani kemoterapi — tidak boleh diberikan vaksin ini.

Vaksin Mati (Inactivated / Killed)

Vaksin mati dapat juga digunakan sebagai perlindungan dari virus dan bakteri. Vaksin jenis dibuat dengan melumpuhkan, atau mematikan kuman dalam proses pembuatannya. Vaksin polio adalah salah satu contoh vaksin mati. Cara vaksin mati merangsang tubuh untuk memproduksi antibodi sedikit berbeda dengan vaksin hidup. Seringkali, dibutuhkan beberapa dosis untuk mencapai kadar perlindungan yang memadai dan stabil.

Vaksin Toksoid

Vaksin toksoid hanya digunakan sebagai perlindungan terhadap bakteri jenis tertentu yang menghasilkan toksin (racun) dalam tubuh. Pada proses pembuatannya, konsentrasi racun tersebut dilemahkan / diencerkan hingga mencapai kadar yang imunogenik (dapat merangsang imun) namun tidak patogenik (menyebabkan penyakit). Ketika tubuh menerima vaksin jenis toksoid, sistem kekebalan tubuh belajar cara melawan racun alami. Vaksin TdaP mengandung toksoid difteri dan tetanus.

jenis-jenis vaksin

Vaksin Subunit

Vaksin subunit menggunakan potongan dari tubuh bakteri yang dapat merangsang pembentukan kekebalan paling baik. Karena jenis vaksin subunit hanya mengandung antigen yang penting saja, efek samping lebih jarang terjadi. Komponen pertussis pada Vaksin TdaP merupakan contoh vaksin subunit.

Vaksin Rekombinan

Vaksin Rekombinan sedikit mirip dengan vaksin subunit di mana hanya sebagian dari potongan DNA virus yang digunakan, dan dikembangkan dengan menggabungkan DNA organisme lain seperti ragi (jamur), melalui teknologi rekayasa genetika. Contoh vaksin rekombinan adalah vaksin Hepatitis B dan vaksin HPV.

Vaksin Konjugat

Vaksin konjugat melawan berbagai jenis bakteri. Bakteri ini memiliki antigen dengan lapisan luar zat seperti gula yang disebut polisakarida. Jenis pelapisan ini menyamarkan antigen, membuatnya sulit bagi sistem kekebalan tubuh anak yang belum dewasa untuk mengenalinya dan meresponsnya. Vaksin konjugasi efektif untuk bakteri jenis ini karena mereka menghubungkan (atau mengonjugasikan) polisakarida ke antigen yang direspon dengan sangat baik oleh sistem kekebalan tubuh. Keterkaitan ini membantu sistem kekebalan yang belum matang bereaksi terhadap pelapisan dan mengembangkan respons kekebalan. Contoh dari jenis vaksin ini adalah vaksin Haemophilus influenzae tipe B (Hib).

Artikel dalam seri ini:
1. Memahami Cara Kerja Vaksin – Sistem Imunitas
2. Memahami Cara Kerja Vaksin – Optimasi Kekebalan Tubuh
3. Memahami Cara Kerja Vaksin – Jenis-jenis vaksin