fbpx

Frequently Asked Questions

FAQ Vaksinasi Umum

  • Apakah ada pantangan setelah vaksinasi?

    Berikut beberapa hal yang bisa dihindari atau dikurangi setelah melakukan vaksinasi untuk membantu pembentukan imunitas pasca-vaksinasi yang lebih optimal: 

    1. Alkohol dan Tembakau: Merokok dan konsumsi alkohol diketahui dapat mengganggu aktivasi kekebalan bawaan (innate immunity) dan kekebalan didapat (acquired immunity) — Pasala et al., 2015; Qiu et al., 2017 — dan dengan demikian dapat menekan produksi antibodi yang diinduksi oleh vaksin.

      Penelitian Yamamoto S et al., 2022 di Jepang tahun 2022 yang mengkaji efek rokok tembakau konvensional, produk tembakau yang dipanaskan, dan minuman beralkohol terhadap kadar antibodi pasca-vaksinasi Vaksinasi SARS-CoV-2 konsisten menggambarkan pembentukan kadar antibodi yang lebih rendah seiring dengan dosis tembakau dan alkohol yang lebih tinggi.

      Minuman beralkohol dan tembakau juga diduga dapat meningkatkan efek samping vaksin yang membuat pengalaman vaksinasi Anda menjadi lebih menegangkan dan tidak menyenangkan.
    2. Aktivitas Berat: Olahraga bukan merupakan pantangan setelah vaksinasi, dan justru memperbaiki sirkulasi yang dapat membantu mengurangi efek samping. Sebagian besar orang tidak mengalami reaksi apapun yang membatasi kegiatan sehari-hari seperti bekerja, mengemudi, dsb. Akan tetapi, penting untuk tetap menjaga mindfulness terhadap apa yang sedang disampaikan oleh tubuhmu.

      Apabila Anda merasakan lemas atau letih, jangan dipaksa olahrga yang terlalu berat. Apabila Anda merasa mengantuk, hindari aktivitas yang membutuhkan konsentrasi tinggi seperti mengemudi, mengoperasikan alat berat, atau kegiatan lain yang sekiranya dapat membahayakan dirimu dan atau orang lain.

      Reaksi-reaksi pasca-vaksinasi, meski bisa berbeda-beda intensitasnya pada setiap orang, merupakan hal yang wajar karena tubuhmu sedang belajar dan proses tersebut memerlukan energi.
    3. Steroid dan Pengencer Darah: Konsultasikan dengan dokter Anda sebelum vaksinasi jika Anda mengonsumsi steroid atau pengencer darah. Orang yang menggunakan steroid dan pengencer darah umumnya akan disarankan untuk menghentikan pengobatan mereka selama dua hari sebelum dan dua hari setelah pemberian vaksin untuk mencegah efek samping.
  • Saya sedang mengonsumsi antibiotik, vaksinasinya saya tunda saja ya.

    Pengobatan dengan antibiotik bukan alasan yang sah untuk menunda vaksinasi. Jika seorang anak atau orang dewasa itu sehat, atau hanya sakit ringan, dan tanpa demam ≥ 38°C, vaksin dapat tetap diberikan. Tetapi jika orang tersebut memiliki penyakit akut sedang atau berat (terlepas dari penggunaan antibiotik), terutama apabila mengalami demam ≥ 38°C, pemberian vaksin dapat ditunda sampai kondisi orang tersebut membaik.

  • Vaksinnya boleh dikirim saja kah? Saya bisa melakukan penyuntikan sendiri.

    Vaksin pada dasarnya bukan merupakan produk farmasi bebas (OTC; over-the-counter) dan tidak dapat dijual bebas. Vaksin dan vaksinasi harus direkomendasikan oleh dan diberikan dalam pengawasan dokter terlatih (vaksinolog). Berikut beberapa alasan yang mendasarinya:

    • Meski semua vaksin yang terlisensi sudah melewati penelitian dan pengujian klinis selama setidaknya 10-15 tahun sehingga keamanan dan efektivitasnya dapat diakui dan dipertanggungjawabkan, serta hampir semua orang bisa mendapatkan manfaat dari vaksinasi, namun ada beberapa kelompok populasi yang tidak bisa menerimanya. Vaksinolog Anda lah yang bertugas untuk menyingkirkan kemungkinan kontraindikasi tersebut melalui proses skrining, dan — meski kemungkinannya sangat kecil — memahami bagaimana cara merespon terhadap kejadian anafilaksis;
    • Vaksin merupakan produk farmasi yang sangat sensitif suhu. Ada vaksin yang harus disimpan di suhu dingin (antara 2°C dan 8°C), di suhu beku (antara -50°C dan -15°C), dan suhu ultra beku (antara -90°C dan -60°C). Fasilitas kesehatan yang diperuntukkan khusus untuk pelayanan vaksinasi seperti Vaxcorp Indonesia lah yang menjamin bahwa kualitas vaksin yang Anda gunakan terjaga karena pengelolaan yang tepat dan sesuai standar.
  • Apakah aman untuk saya mendapatkan dua atau lebih vaksin bersamaan?

    Pemberian vaksin kombinasi dan vaksin gabungan pada anak, dewasa, dan pelaku perjalanan memiliki profil manfaat-risiko yang positif dan merupakan strategi yang efisien untuk menghemat biaya dan meningkatkan cakupan. Pemberian vaksinasi gabungan justru harus lebih sering direkomendasikan dan dipraktikkan; hal ini tidak akan membahayakan keselamatan dan kesehatan pasien, akan meningkatkan perlindungan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, dan akan membantu kepatuhan terhadap rekomendasi vaksinasi nasional.

    Dengan beberapa pengecualian, pemberian vaksin hidup dan non-hidup yang paling banyak digunakan secara bersamaan telah menghasilkan tingkat serokonversi dan tingkat reaksi samping yang serupa dengan yang diamati ketika vaksin diberikan secara terpisah. Secara umum Anda dapat mengikuti aturan praktis (rule of thumb) di bawah ini ketika mempertimbangkan vaksinasi gabungan:

    1. Dua atau lebih vaksin non-hidup: dapat diberikan bersamaan atau dipisahkan dengan interval antar dosis sembarang.
    2. Vaksin Non-Hidup dan Vaksin Hidup: dapat diberikan bersamaan atau dipisahkan dengan interval antar dosis sembarang.
    3. Dua atau lebih vaksin hidup: interval minimum 28 hari, jika tidak diberikan secara bersamaan

    Anda dapat mendiskusikan lebih lanjut mengenai keamanan pemberian vaksinasi gabungan yang Anda butuhkan.

  • Apakah ada efek samping setelah vaksinasi?

    Seperti produk farmasi apa pun, vaksin memiliki kemungkinan menyebabkan efek samping ringan, seperti demam ringan, nyeri atau kemerahan pada lokasi suntikan. Reaksi ringan ini akan hilang dengan sendirinya tanpa intervensi dalam beberapa hari.

    Efek samping yang berat atau bertahan lama sangat jarang terjadi. Vaksin merupakan produk farmasi dengan pemantauan keamanan yang sangat ketat dan terus dikaji untuk mendeteksi efek samping yang jarang terjadi.

  • Saya memiliki alergi terhadap Telur, apakah saya masih boleh menerima vaksin Influenza?

    Panduannya tentang larangan mendapat vaksinasi influenza pada orang dengan alergi telur direvisi pada tahun 2018. Orang dengan riwayat alergi telur yang hanya mengalami urtikaria (gatal-gatal) setelah terpapar telur diperbolehkan menerima vaksin influenza. Setiap vaksin influenza yang direkomendasikan dan sesuai dengan status kesehatan mereka dapat digunakan.

    Orang yang melaporkan memiliki reaksi terhadap telur yang melibatkan gejala selain urtikaria (gatal-gatal), seperti angioedema atau pembengkakan, gangguan pernapasan, sakit kepala ringan, atau muntah berulang, atau yang memerlukan epinefrin atau intervensi medis darurat lainnya, juga diperbolehkan untuk menerima vaksin influenza yang sesuai dengan usia dan status kesehatan mereka.

    Riwayat reaksi alergi berat terhadap vaksin influenza, terlepas dari komponen yang diduga bertanggung jawab atas reaksi tersebut, merupakan kontraindikasi untuk penerimaan vaksin di masa mendatang.

  • Apakah perlu melakukan tes kehamilan secara rutin sebelum memberikan vaksinasi kepada wanita usia subur (WUS)?

    Secara umum pemeriksaan kehamilan sebelum vaksinasi tidak direkomendasikan secara rutin. Namun, skrining tentang adanya kemungkinan hamil pada pasien wanita usia subur penting untuk dilakukan sebelum pemberian vaksin apa pun yang memiliki kontraindikasi kehamilan. Jawaban pasien harus didokumentasikan oleh dokter dan ditandatangani oleh pasien dalam rekam medis.

    Jika pasien menjawab bahwa mereka yakin tidak ada kemungkinan hamil, misalkan pasien sedang dalam masa menstruasi, maka tes kehamilan tidak perlu dilakukan. Namun, apabila pasien tidak yakin, tes harus dilakukan sebelum memberikan vaksin yang tidak direkomendasikan atau dikontraindikasikan pada kehamilan.

  • Berapa lama seseorang wanita usia subur (WUS) harus menghindari kehamilan setelah menerima vaksin hidup yang dilemahkan?

    Karena risiko teoretis pada janin yang sedang berkembang, kami merekomendasikan agar kehamilan dihindari selama empat minggu setelah menerima vaksin hidup yang dilemahkan (contoh: MMR, Varicella, Yellow Fever). Interval ini mungkin lebih pendek dari yang direkomendasikan oleh produsen.

FAQ Pemeriksaan Penunjang Umum

  • Apakah ada persiapan sebelum pengambilan spesimen?

    ...

FAQ Vaksinasi Hepatitis B

  • Bagaimana cara penularan virus Hepatitis B (HBV)?

    Orang dengan infeksi HBV kronis (mereka yang memiliki antigen permukaan hepatitis B [Hepatitis B surface antigen; HBsAg] yang persisten dalam serum selama minimal 6 bulan) merupakan reservoir utama penularan HBV.

    HBV ditularkan melalui paparan perkutan (melalui luka / goresan pada kulit), mukosa, atau kulit tidak utuh terhadap darah atau cairan tubuh yang terinfeksi. Virus Hepatitis B memiliki konsentrasi paling tinggi di dalam darah, dan paparan perkutan merupakan cara penularan yang efisien. Air mani dan cairan vagina bersifat menular, dan HBV juga dapat dideteksi melalui air liur, air mata, dan cairan empedu.

    Cairan serebrospinal, cairan sinovial, cairan pleura, cairan peritoneum, cairan perikardial, dan cairan ketuban juga dianggap berpotensi menular. Urine, feses, muntahan, gurahan nasofaring, dahak, dan keringat bukanlah cara penularan yang efisien karena kandungan kadar virus yang sangat kecil, kecuali jika terkontaminasi oleh darah. Antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) yang terdapat pada ASI juga kecil kemungkinannya menyebabkan penularan sehingga infeksi HBV bukan merupakan kontraindikasi pemberian ASI.

    Di antara orang dewasa di Indonesia, HBV terutama ditularkan melalui paparan perkutan terhadap darah (misalnya, tusukan jarum yang terkontaminasi, pisau cukur yang terkontaminasi) dan kontak seksual. HBV ditularkan secara efisien melalui kontak seksual baik di kalangan heteroseksual maupun di antara laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL). Penularan dapat terjadi melalui kontak interpersonal (misalnya, berbagi sikat gigi atau pisau cukur, kontak dengan eksudat dari lesi dermatologis, atau kontak dengan permukaan yang terkontaminasi HBsAg) dan di lingkungan seperti sekolah, pusat penitipan anak, dan fasilitas bagi penyandang disabilitas perkembangan. Penularan HBV melalui transfusi darah atau produk darah jarang terjadi karena adanya skrining donor dan prosedur inaktivasi virus. Sumber infeksi lain yang mungkin terjadi adalah peralatan medis atau gigi yang terkontaminasi, suntikan yang tidak aman, cedera tertusuk jarum suntik, transplantasi organ, dan dialisis.

    Perilaku berisiko dan paparan yang paling sering dilaporkan adalah penggunaan narkoba suntikan (35%), berganti-ganti pasangan seks (23%), dan pembedahan (10%), diikuti oleh perilaku berisiko lainnya yang bersifat seksual dan ditularkan melalui darah; informasi perilaku berisiko dan paparan hilang pada 37,1% kasus. Selain itu, pembuatan tato dan tindikan, apabila tidak menerapkan metode sterilisasi yang sesuai standar, memiliki potensi penularan infeksi bloodborne yang cukup signifikan.
     

  • Apa saja tanda dan gejala Hepatitis B?

    Sekitar 30%–50% orang yang berusia 5 tahun atau lebih dengan Hepatitis B akut (baru didapat) memiliki tanda atau gejala awal ketika terinfeksi virus Hepatitis B (HBV).

    Anak-anak di bawah usia 5 tahun dan orang dewasa dengan kondisi imunosupresi terinfeksi jarang menunjukkan gejala apa pun. Jika ada, tanda dan gejala Hepatitis B mungkin termasuk mual, penurunan nafsu makan, lelah, letih, nyeri otot, persendian, atau perut, demam, diare atau muntah, sakit kepala, urin berwarna gelap, tinja berwarna seperti tanah liat, dan kulit dan kulit putih menguning. mata (ikterus). Orang yang memiliki tanda atau gejala seperti itu umumnya merasa sakit parah dan mungkin perlu dirawat di rumah sakit.

    Infeksi Hepatitis B kronis (seumur hidup) lebih sering terjadi pada orang yang imunokompeten dan seringkali tidak menunjukkan gejala, tidak memiliki bukti penyakit hati, atau memiliki rentang penyakit dari hepatitis kronis hingga terjadinya sirosis atau karsinoma hepatoseluler, sejenis kanker hati. 

    Infeksi Akut

    Infeksi akut merupakan penyakit jangka pendek yang terjadi dalam 6 bulan pertama setelah seseorang terinfeksi. Gejalanya mungkin termasuk, namun tidak terbatas pada:

    • Kelelahan
    • kehilangan selera makan
    • mual dan muntah
    • penyakit kuning (menguningnya kulit dan mata)
    • nyeri perut
    • nyeri pada otot dan persendian

    Infeksi dapat hilang sepenuhnya dalam beberapa minggu tanpa pengobatan. Mereka yang berhasil sembuh dari virus hepatitis B menjadi kebal terhadapnya. Mereka tidak bisa tertular virus lagi.

    Infeksi Kronis

    Sebagian dari orang dewasa dan anak di bawah usia 5 tahun yang terinfeksi tidak pernah sembuh dari virus hepatitis B. Kondisi ini disebut sebagai infeksi kronis. Orang-orang ini menyimpan virus selama sisa hidup mereka, dikenal dengan istilah "pembawa virus" (carrier).

    Kebanyakan "pembawa virus" (carrier) tidak menunjukkan gejala apa pun. Pada sejumlah kecil pembawa penyakit, infeksi kronis dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti sirosis hati, kanker hati, dan kematian dini.

  • Kapan tanda-tanda penyakit terlihat setelah seseorang terinfeksi HBV?

    Umumnya infeksi Hepatitis B kronis merupakan penyakit hening (silent infection), yaitu terjadi tanpa gejala kecuali sudah di tahapan lanjut dengan komplikasi seperti sirosis dan kanker hati. Gejala infeksi Hepatitis B lebih sering terlihat pada infeksi akut. Apabila terdapat tanda atau gejala penyakit, maka akan mulai terlihat sekitar 90 hari (kisaran: 60–150 hari) setelah terpapar virus Hepatitis B (HBV).

  • Apakah pekerjaan tertentu memiliki risiko penularan Hepatitis B yang lebih tinggi?

    Beberapa okupasi dan profesi yang memiliki risiko tinggi penularan Hepatitis B adalah sebagai berikut (tidak diurutkan berdasarkan derajat risiko penularan):

    • Tukang cukur/penata rambut
    • Pekerja saluran pembuangan dan pengolah limbah
    • Ahli akupunktur
    • Seniman tato
    • Setiap petugas kesehatan
    • Pelajar kesehatan misalnya paramedis, mahasiswa keperawatan, fisioterapi, terapi okupasi
    • Perawat
    • Pekerja laboratorium
    • Pekerja pabrik dan alat berat
    • Atlit olahraga kontak seperti bela diri, sepak bola, dsb (termasuk amatir)
    • Pekerja seks komersial
    • Polisi, Tentara, Pemadam Kebakaran, Sipir
    • Pelaut dan Pekerja Kapal Laut
  • Bagaimana risiko penularan HBV melalui seks oral?

    Tidak ada data spesifik mengenai penularan virus yang ditularkan melalui darah melalui hubungan seks oral-genital. Air liur tidak dikaitkan dengan penularan HBV kecuali telah terjadi gigitan. HBV tidak menular melalui ciuman, pelukan, bersin, batuk, makanan atau air, berbagi peralatan makan atau gelas minum, atau kontak biasa.

  • Jika seseorang didiagnosis mengidap Hepatitis B akut dan kemudian sembuh dari infeksinya, apakah pasien tersebut dapat tertular Hepatitis B lagi?

    Secara umum, tidak. Seseorang dengan bukti laboratorium bahwa infeksi Hepatitis B telah teratasi dianggap kebal. Vaksinasi terhadap orang-orang tersebut tidak berbahaya tetapi tidak bermanfaat. Pemeriksaan berkala dapat dilakukan untuk melihat kadar antibodi terhadap HBV (Anti-HBs), dan keputusan untuk melakukan vaksinasi tambahan (penguat; booster) dapat dibuat berdasarkan pemeriksaan tersebut.

  • Apa saja macam-macam tes serologi untuk Hepatitis B?

    Memahami istilah pada pemeriksaan HBsAg

    • HBsAg: Antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) merupakan penanda infektivitas. Kehadirannya menunjukkan infeksi HBV akut atau kronis.
    • anti-HBs: Antibodi terhadap antigen permukaan hepatitis B (Anti-HBs) merupakan penanda kekebalan. Kehadirannya menunjukkan respon imun terhadap infeksi HBV, respon imun terhadap vaksinasi, atau adanya antibodi yang didapat secara pasif. (Dikenal juga sebagai HBsAb, namun singkatan ini sebaiknya dihindari karena sering tertukar dengan singkatan seperti HBsAg.)
    • anti-HBc (total): Antibodi terhadap antigen inti hepatitis B (Anti-HBc) merupakan penanda nonspesifik dari infeksi HBV akut, kronis, atau terselesaikan. Ini bukan merupakan penanda kekebalan yang disebabkan oleh vaksin. Ini dapat digunakan dalam pengujian pravaksinasi untuk menentukan paparan infeksi HBV sebelumnya. (Ia juga dikenal sebagai HBcAb, namun singkatan ini sebaiknya dihindari karena sering tertukar dengan singkatan lainnya.)
    • IgM anti-HBc: subkelas antibodi IgM anti-HBc. Positif menunjukkan infeksi HBV baru-baru ini (<6 bulan). Kehadirannya menandakan infeksi akut.
    • HBeAg: Antigen hepatitis B “e” merupakan penanda tingkat infektivitas HBV yang tinggi, dan berkorelasi dengan tingkat replikasi HBV yang tinggi. Hal ini terutama digunakan untuk membantu menentukan manajemen klinis pasien dengan infeksi HBV kronis.
    • Anti-HBe: Antibodi terhadap antigen hepatitis B “e” mungkin ada pada orang yang terinfeksi atau kebal. Pada orang dengan infeksi HBV kronis, keberadaannya menunjukkan titer virus yang rendah dan tingkat infektivitas yang rendah.
    • HBV-DNA: Asam Deoksiribonukleat HBV adalah ukuran viral load dan mencerminkan replikasi virus. Hal ini berkorelasi baik dengan infektivitas. Hal ini digunakan untuk menilai dan memantau pengobatan pasien dengan infeksi HBV kronis. 
  • Bagaimana cara menginterpretasikan hasil pemeriksaan Hepatitis B untuk menentukan status infeksi?

    Interpretasi hasil pemeriksaan dan penentuan status infeksi Hepatitis B

    • HBsAg = negative
      anti-HBc = negative
      anti-HBs = negative

    Interpretasi: rentan terinfeksi
    Rekomendasi vaksinasi: lakukan vaksinasi segera

    • HBsAg = negative
      anti-HBc = negative
      anti-HBs = positive dengan kadar >10mIU/mL*

    Interpretasi: kebal karena vaksinasi (atau mungkin mewakili transfer antibodi pasif dari penerimaan HBIG)
    Rekomendasi vaksinasi: vaksinasi tidak diperlukan

    • HBsAg = negative
      anti-HBc = positive
      IgM anti-HBc = negative
      anti-HBs = positive

    Interpretasi: kebal karena infeksi alami
    Rekomendasi vaksinasi: vaksinasi tidak diperlukan

    • HBsAg = negative
      anti-HBc = positive
      IgM anti-HBc = positive
      anti-HBs = positive

    Interpretasi: infeksi akut dalam perbaikan
    Rekomendasi vaksinasi: vaksinasi tidak diperlukan

    • HBsAg = positive
      anti-HBc = positive
      IgM anti-HBc = positive
      anti-HBs = negative

    Interpretasi: terinfeksi secara akut
    Rekomendasi vaksinasi: vaksinasi tidak diperlukan

    • HBsAg = positive
      anti-HBc = positive
      IgM anti-HBc = negative
      anti-HBs = negative

    Interpretasi: terinfeksi secara kronis
    Rekomendasi vaksinasi: vaksinasi tidak diperlukan (pengobatan mungkin diperlukan)

    • HBsAg = negative
      anti-HBc = positive
      anti-HBs = negative

    Interpretasi: empat kemungkinan interpretasi †
    Rekomendasi vaksinasi: gunakan penilaian klinis

     

    Catatan Kaki

    * Pengujian pasca vaksinasi, bila dianjurkan, sebaiknya dilakukan 1-2 bulan setelah dosis vaksin terakhir. Bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif harus diperiksa HBsAg dan anti-HBs setelah menyelesaikan setidaknya 3 dosis rangkaian vaksinasi Hepatitis B, pada usia 9 – 18 bulan (umumnya pada kunjungan kesehatan anak berikutnya)

    † 1. Mungking memiliki kekebalan yang sangat sedikit, namun tes tersebut mungkin tidak cukup sensitif untuk mendeteksi kadar anti-HBs yang sangat rendah dalam serum.
    2. Mungkin rentan dengan anti-HBc positif palsu.
    3. Mungkin terinfeksi secara kronis dan memiliki kadar HBsAg yang tidak terdeteksi dalam serum.
    4. Transfer antibodi secara pasif setelah pemberian HBIG atau dari ibu dengan HBsAg positif ke bayi baru lahirnya.

  • Siapa saja yang dianjurkan mendapat vaksinasi Hepatitis B (HepB)?

    Secara umum, satu seri vaksinasi HepB yang direkomendasikan secara rutin, dengan pengecualian khusus yang dijelaskan di bawah.

    Mulai April 2022, vaksinasi HepB direkomendasikan sebagai berikut:

    • Vaksinasi HepB rutin pada semua bayi, dimulai dengan dosis saat lahir.
    • Vaksinasi HepB rutin pada semua anak dan orang dewasa hingga usia 59 tahun.
    • Vaksinasi pada semua orang dewasa berusia 60 tahun ke atas yang memiliki faktor risiko hepatitis B:
      • Orang yang berisiko tertular melalui paparan seksual
        • Pasangan seks dari orang yang dites positif HBsAg
        • Orang yang aktif secara seksual dan tidak menjalin hubungan monogami jangka panjang (misalnya, mereka yang memiliki lebih dari satu pasangan seks selama 6 bulan sebelumnya)
        • Orang yang melakukan pemeriksaan atau pengobatan untuk infeksi menular seksual
        • Laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki
      • Orang yang berisiko terkena infeksi melalui paparan darah perkutan atau mukosa
        • Orang yang baru atau baru saja menggunakan narkoba suntikan
        • Kontak serumah dengan orang yang dites positif HBsAg
        • Penghuni dan staf fasilitas untuk penyandang disabilitas perkembangan
        • Petugas kesehatan dan keselamatan masyarakat dengan risiko yang diantisipasi secara wajar terhadap paparan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi darah
        • Orang yang menjalani dialisis pemeliharaan, termasuk hemodialisis di pusat kesehatan atau di rumah dan dialisis peritoneal, dan orang yang menjalani pradialisis
        • Penderita diabetes, berdasarkan kebijaksanaan dokter yang merawat
      • Lainnya
        • Pelaku perjalanan internasional ke negara-negara dengan tingkat infeksi HBV endemik tinggi atau sedang (prevalensi HBsAg 2% atau lebih tinggi)
        • Orang dengan infeksi virus Hepatitis C
        • Orang dengan penyakit hati kronis (termasuk, namun tidak terbatas pada, penderita sirosis, penyakit hati berlemak, penyakit hati alkoholik, hepatitis autoimun, dan kadar alanine aminotransferase atau aspartate aminotransferase lebih dari dua kali batas atas normal)
        • Orang dengan infeksi HIV (ODHIV)
        • Orang yang dipenjara
    • Orang dewasa berusia 60 tahun atau lebih yang tidak diketahui faktor risiko infeksi hepatitis B dapat menerima HepB.

    Orang yang mempunyai dokumentasi vaksinasi lengkap atau dokumentasi infeksi HBV sebelumnya umumnya tidak perlu divaksinasi; namun, pemberian dosis tambahan HepB kepada seseorang yang sudah kebal atau terinfeksi tidak memiliki dampak negatif (tidak berbahaya). Pengujian serologi tidak diperlukan sebelum vaksinasi dan tidak boleh menjadi hambatan terhadap akses terhadap vaksinasi. Jika dilakukan pengujian, dapat dilakukan pada kunjungan yang sama saat pemberian vaksin dosis pertama.

    Vaksinasi ulang direkomendasikan hanya untuk individu yang direkomendasikan untuk menjalani tes serologi pasca vaksinasi (Post-vaccination serologic testing; PVST) dan ditemukan bukti tidak adanya respons. Pengujian serologi tahunan terhadap orang yang menjalani dialisis dianjurkan, dengan dosis booster diberikan ketika antibodi yang terdeteksi turun di bawah 10 mIU/mL.

  • Bagaimana jadwal pemberian vaksin Hepatitis B?

    Vaksinasi primer rutin, baik menggunakan vaksin Hepatitis B Rekombinan (Engerix, Euvax, Biofarma) atau vaksin kombinasi Hepatitis A dan B (Twinrix), terdiri dari tiga dosis intramuskular yang diberikan dengan jadwal 0, 1, dan 6 bulan.

    Jadwal vaksinasi alternatif (misalnya, 0, 1, dan 4 bulan atau 0, 2, dan 4 bulan) telah terbukti menghasilkan dosis spesifik dan tingkat seroproteksi akhir yang serupa dengan yang diperoleh dengan jadwal 0, 1, dan 6 bulan. Meningkatkan interval antara 2 dosis pertama memiliki pengaruh yang kecil terhadap imunogenisitas atau konsentrasi akhir antibodi. Dosis ketiga memberikan tingkat seroproteksi maksimum dan memberikan perlindungan jangka panjang.

    Untuk orang yang membutuhkan pembentukan proteksi Hepatitis B yang lebih cepat, misalnya pada pelaku perjalanan internasional, pendamping pasien yang sedang merawat seseorang dengan infeksi Hepatitis B, seseorang dengan pasangan positif Hepatitis B, dsb, vaksinasi Hepatitis B, baik menggunakan vaksin rekombinan monovalen (Engerix, Euvax, Biofarma) maupun vaksin kombinasi (Twinrix) dengan komponen dosis antigen Hepatitis B 20 µg (1.0 mL) dapat diberikan dengan jadwal akselerasi 4 dosis pada 0, 7, dan 21-30 hari, diikuti dengan satu dosis pada 12 bulan.

    Vaksinasi HepB pada pasien hemodialisis dewasa (usia 20 tahun ke atas) terdiri dari vaksin dengan dosis lebih tinggi atau dosis ganda (komponen dosis antigen Hepatitis B 40 µg; 2.0 mL) yang diberikan pada jadwal 0, 1, dan 6 bulan.

  • Apabila jadwal vaksinasi terlambat / terganggu, apakah vaksinasi perlu diulang dari dosis pertama?

    Untuk semua usia, bila jadwal HepB terganggu, rangkaian vaksin tidak perlu diulang kembali. Jika vaksin Hepatitis B, baik menggunakan vaksin rekombinan monovalen seperti Engerix-B, Euvax B, dan Biofarma, maupun menggunakan vaksin kombinasi Hepatitis A dan B seperti Twinrix , jika rangkaiannya terputus setelah dosis pertama, dosis kedua harus diberikan sesegera mungkin, dan dosis kedua dan ketiga harus dipisahkan setidaknya 8 minggu. Jika hanya dosis ketiga yang tertunda, maka harus diberikan sesegera mungkin.

  • Berapa lama seseorang harus menunggu untuk melakukan donor darah atau melakukan tes darah HBsAg setelah mendapatkan dosis vaksin hepatitis B?

    Disarankan untuk menunggu minimal 4 minggu. Penelitian yang dipublikasikan menemukan bahwa HBsAg positif sementara (transient) dapat dideteksi hingga 18 hari setelah vaksinasi HepB (hingga 52 hari pada pasien hemodialisis). Hal ini tidak berarti orang tersebut terinfeksi HBV. Namun, mendonor terlalu dekat dengan penerimaan HepB dapat menyebabkan seseorang tidak dapat mendonorkan darahnya secara permanen jika orang tersebut memiliki hasil tes HBsAg positif transien setelah menerima dosis vaksin.

  • Apakah perempuan hamil boleh mendapatkan vaksinasi Hepatitis B?

    Vaksinasi HepB sebaiknya diberikan sebelum kehamilan sebagai salah satu rencana pra-kehamilan. Meski tidak secara aktif diberikan pada semua perempuan hamil, vaksinasi HepB direkomendasikan pada kondisi kehamilan berisiko. Contoh dari kehamilan berisiko meliputi:

    • Pasangan terdiagnosis Hepatitis B positif
    • Ibu hamil tidak memiliki kadar antibodi Hepatitis B yang adekuat (anti-HBs < 10 mIU/mL)
    • Ibu hamil memiliki pekerjaan dengan risiko tinggi penularan Hepatitis B, termasuk namun tidak terbatas pada:
    • Tukang cukur/penata rambut
    • Pekerja saluran pembuangan dan pengolah limbah
    • Ahli akupunktur
    • Seniman tato
    • Setiap petugas kesehatan
    • Pelajar kesehatan misalnya paramedis, mahasiswa keperawatan, fisioterapi, terapi okupasi
    • Asisten gigi
    • Perawat
    • Pekerja laboratorium
    • Pekerja pabrik
    • Atlit olahraga kontak seperti bela diri, sepak bola, dsb (termasuk amatir)
    • Pekerja seks komersial
    • Polisi, Tentara, Pemadam Kebakaran, Sipir

    Hepatitis B adalah infeksi serius yang dapat menyebabkan inflamasi hati kronis (seumur hidup) dan dapat ditularkan ke janin. Serangkaian tiga vaksin hepatitis B kini rutin diberikan pada masa kanak-kanak, meskipun banyak orang dewasa yang tidak menerima vaksinasi saat masih anak-anak. Vaksin ini diketahui aman diberikan pada kehamilan dan tidak memiliki risiko terhadap perkembangan janin.

    Sekitar 9 dari 10 wanita hamil yang menderita infeksi virus hepatitis B akut dan Antara 1 dan 2 dari 10 wanita dengan infeksi kronis akan menularkan virus tersebut kepada bayinya. Bayi dapat tertular virus melalui paparan darah dan cairan yang terinfeksi selama proses persalinan. Infeksi virus hepatitis B bisa sangat berat pada bayi. Kondisi ini dapat mengancam kehidupan mereka. Bahkan bayi yang tampak sehat pun mungkin berisiko mengalami masalah kesehatan yang serius. Bayi baru lahir yang terinfeksi mempunyai risiko tinggi menjadi karier. Ketika orang yang menjadi pembawa penyakit ini menjadi dewasa, mereka berisiko lebih tinggi mengalami kematian akibat penyakit hati berat, sirosis, atau kanker hati.

  • Jika seseorang mengalami pelecehan atau kekerasan seksual, haruskan dilakukan pemberian HBIG dan vaksin Hepatitis B?

    Infeksi menular seksual, termasuk Hepatitis B, dapat ditularkan melalui kekerasan seksual. Kecuali jika korban mempunyai riwayat vaksinasi HepB yang lengkap, serangkaian vaksinasi HepB (3 dosis dengan jadwal standar atau 4 dosis dengan jadwal akselerasi) dengan vaksin monovalen atau vaksinasi kombinasi harus diberikan dengan dosis pertama sesegera mungkin setelah kejadian kekerasan seksual. Pemberian imunoglobulin hepatitis B (HBIG) tidak diperlukan.

  • Apakah vaksin Hepatitis B aman? Apa reaksi pasca-vaksinasi yang harus saya ekspektasikan?

    Vaksin Hepatitis B merupakan vaksin yang sudah dipakai sejak tahun 1982 dengan pemberian lebih dari 1 miliar dosis secara global (di seluruh dunia). Bukti-bukti keamanan dan manfaat dari vaksin Hepatitis B sudah diteliti secara ekstensif selama puluhan tahun. Vaksin Hepatitis B sangat aman digunakan dan rutin diberikan pada bayi baru lahir hingga dewasa dan dewasa usia lanjut.

    Umumnya, orang yang mendapat vaksin hepatitis B tidak mengalami reaksi pasca-imunisasi sama sekali. Reaksi pasca-imunisasi yang paling umum terjadi biasanya ringan dan akan membaik tanpa intervensi dalam 1-2 hari. Beberapa reaksi pasca-imunisasi yang mungkin kamu bisa ekspektasikan meliputi:

    1. Nyeri, kemerahan, atau bengkak di lengan tempat suntikan diberikan (umum dirasakan)
    2. Nyeri kepala (tidak terlalu umum)
    3. Demam (jarang terjadi)

    Kontraindikasi untuk menerima vaksin Hepatitis B adalah orang yang memiliki riwayat alergi berat (anafilaksis) terhadap ragi roti (Saccharomyces cerevisiae) dan komponen vaksin Hepatitis B lainnya seperti aluminum hydroxide, sodium chloride, disodium phosphate dihydrate, sodium dihydrogen phosphate dihydrate.