Terkadang, mendapatkan vaksin flu tahunan tidak selalu menjadi prioritas utama untuk sebagian orang. Banyak orang mungkin tidak merasa bahwa mereka berisiko tinggi, atau mereka tidak yakin apakah suntikan flu itu efektif, atau seribu alasan lain untuk melewatkan vaksin flu tahunan. Ada juga yang melewatkan vaksin flu tahunan karena khawatir akan menyebabkan mereka tertular virus flu.
Logika ini, di sisi lain, sepenuhnya tidak benar, dan cenderung berbahaya. Virus Flu dapat menyebabkan kondisi imunosupresi akut sehingga menempatkan seseorang pada risiko komplikasi yang signifikan, rawat inap, dan bahkan kematian jika tidak ditangani dengan benar.
Estimasi Beban Infeksi Influenza
Beban Epidemiologis
Berdasarkan laporan data epidemiologis pada penelitian tahun 2017, perkiraan kejadian dan jumlah Infeksi Saluran Pernafasan Bawah (Lower Respiratory Tract Infection; LRTI) terkait Flu, di antara segala usia, di Indonesia adalah:
- 1.285 LRTI akibat Influenza dengan episode klinis per 100.000 penduduk
- dengan insidensi yang lebih tinggi diamati pada kelompok usia yang lebih muda 0-4 tahun dengan 720 episode klinis per 100.000 penduduk. (Tabel 1)
- 3.358.418 LRTI akibat Influenza dengan episode klinis.
- 1.204 LRTI akibat Influenza per 100.000 penduduk yang membutuhkan rawat inap
- 40.435 LRTI akibat Influenza yang membutuhkan rawat inap influenza
- 0,122 per 100 kasus tingkat kematian
- 4.097 LRTI akibat influenza yang menyebabkan kematian
Estimasi Beban Biaya Medis Terkait Infeksi Influenza
Beban Direk
- Biaya unit untuk satu pasien rawat jalan per kunjungan: Rp. 150.000,-
- Unit cost untuk satu pasien rawat inap per episode: Rp. 5.734.200,-
- Total pengeluaran medis untuk pelayanan rawat jalan: Rp. 18.195.750.000,-
- Total pengeluaran medis untuk kasus rawat inap: Rp 231.862.377.000,-
- Dengan demikian, total pengeluaran medis di Indonesia untuk influenza
- LRTI yang diatribusikan pada tahun 2017 adalah US$19,2 Juta* (setara dengan Rp 250,05 miliar)
Beban Indirek
- Total kerugian DALY adalah 220.301 tahun produktif
- PDB per kapita Indonesia tahun 2017 adalah US$ 3.846,86
- Dengan demikian, total perkiraan biaya tidak langsung terkait dengan influenza attributable LRTI pada tahun 2017 adalah US$847,5 juta (setara dengan Rp11,01 triliun; Kurs : US$ 1.00 ~ Rp. 13.000)
Siapa Saja Yang Berisiko Ketika Melewatkan Vaksin Flu Tahunan
Melewatkan Vaksin Flu Tahunan sangat berisiko mengingat bahwa infeksi Flu dapat menyebabkan komplikasi serius pada siapa saja, termasuk mereka yang tidak dianggap berisiko tinggi. Selain itu, banyak orang memiliki peningkatan risiko komplikasi berat, rawat inap, dan bahkan kematian jika terkena infeksi flu.
Orang yang berusia lebih lanjut terutama berada pada peningkatan risiko yang signfikan. Berdasarkan data epidemiologis yang disebutkan di atas, persentase kasus kematian (CFR) terkait Flu meningkatkan cukup signifikan pada usia di atas 60 tahun (15%) dan dapat mencapai 96.7% pada kelompok usia di atas 90 tahun. Pada laporan GlaMOR Project yang dipublikasikan tahun 2019, persentase kasus kematian pada kelompok usia di atas 65 tahun di Asia Tenggara dan Global sebesar 70.3% dan 53.7% secara berurutan.
Namun, usia bukanlah satu-satunya faktor. Kelompok berikut juga dikategorikan berisiko lebih tinggi:
- Perempuan hamil;
- Anak kecil (usia < 5 tahun, dan terutama < 2 tahun).
- Anak-anak dengan kondisi neurologis;
- Dewasa dengan riwayat stroke;
- Anak dan Dewasa dengan riwayat transplantasi organ padat (solid organ transplant) dan sumsum tulang (Hematopoietic Stem Cell Transplant – HPSCT);
- Penderita masalah pernapasan dan kardiovaskular, penyakit ginjal kronik, diabetes, kanker atau HIV/AIDS.
Bagaimana Vaksin Flu Membantu
Efektivitas vaksin flu bervariasi setiap tahun karena pada platform Vaksin Influenza Trivalen (TIV), para peneliti harus menebak jenis virus flu yang akan beredar pada musim berikutnya, dengan data yang tersedia secara retrospektif. Hal ini menyebabkan kecocokan antara vaksin dan jenis virus flu terkadang sangat baik, terkadang tidak tepat.
Vaksin Influenza Kuadrivalen (QIV) pertama kali dilisensi pada tahun 2012 di Amerika Serikat. Di Indonesia, QIV pertama terdaftar di BPOM pada tahun 2017. Sejak diperkenalkan, simulasi penyertaan Vaksin Influenza QIV dalam program imunisasi menunjukkan manfaat kesehatan yang substansial, dalam hal mengurangi jumlah kasus influenza, komplikasi dan kematiannya.
Eichner et. al. pada tahun 2014 memperkirakan bahwa dibandingkan dengan TIV, QIV akan mencegah 11,2% lebih banyak kasus influenza B. Setiap tahun Vaksin QIV akan mengurangi jumlah tahunan kasus influenza sebesar 3,6% pada usia 0–15 tahun, 4,0% pada usia 16–60 tahun, 6,9% pada usia ≥ 61 tahun dan 4,3% (atau 395.000 kasus) secara keseluruhan.
Dolk et. al. menyatakan bahwa QIV akan mencegah 4% lebih banyak kasus influenza, 5,7% lebih banyak rawat inap dan 6,4% lebih banyak kematian dibanding TIV.
Manfaat Vaksin Flu Pada Kelompok Tertentu
Pada Dewasa dan Dewasa Muda
Ketika orang dirawat di rumah sakit karena Flu, mereka yang belum menerima vaksin flu tahun memiliki risiko kematian 2-5 kali lebih tinggi.
Perbedaan berdasarkan status vaksinasi tidak hanya pada tingkat kematian. Orang dewasa berusia 18-49 tahun dan 65 tahun ke atas yang telah menerima Vaksinasi Influenza dan berobat karena flu memiliki kemungkinan 37% lebih kecil untuk membutuhkan perawatan intensif.
Manfaat Vaksin Flu Pada Ibu Hamil dan Balita
Ibu hamil yang mendapatkan vaksin flu mengurangi risiko rawat inap dengan komplikasi flu dengan rata-rata 40%. Vaksinasi flu saat hamil juga membantu melindungi bayi sebelum mereka cukup besar untuk mendapatkan vaksin flu sendiri (usia 6 bulan).
Manfaat Vaksin Flu Pada Anak-anak
Sebuah studi tahun 2017 yang dilakukan oleh CDC menyatakan bahwa vaksinasi flu mengurangi risiko kematian terkait flu sebesar 51% di antara anak-anak dengan kondisi medis berisiko tinggi dan hampir 65% di antara anak-anak yang sehat.
Herd Immunity (Imunitas Kelompok)
Bahkan jika kamu sendiri tidak termasuk dalam kelompok berisiko tinggi, kemungkinan besar anggota keluarga, teman, atau kolega merupakan kelompok berisiko. Selain itu, influenza paling menular di awal sakit, penularan dapat terjadi 1 – 7 hari sebelum timbulnya gejala (masa inkubasi).
Aktivitas sederhana sehari-hari yang dilakukan tepat sebelum kamu sakit, seperti pergi bekerja, mengunjungi teman atau keluarga, berpotensi menyebarkan penyakit kepada mereka. Dengan divaksinasi, kamu tidak hanya menyelamatkan diri kamu, namun juga mencegah menularkan penyakit ke orang lain di sekitar mu.
FAQ; Pertanyaan Yang Sering Diajukan
Pertimbangan pemberian vaksin dapat dibuat oleh dokter kamu berdasarkan beberapa hal. Karena di Indonesia, semua kasus batuk pilek disebut sebagai flu, meskipun sebenarnya sebagian besar adalah common cold (selesma) yang cenderung bergejala ringan, dan disebabkan oleh virus seperti rhinovirus, adenovirus, dll, dan bukan karena virus influenza, maka sebelum vaksinasi perlu dilakukan pemeriksaan untuk menilai kelayakan menerima vaksin.
Secara garis besar, sesuai dengan rekomendasi yang tersedia, vaksinasi influenza hanya perlu ditunda apabila calon penerima vaksin sedang mengalami demam dengan suhu di atas 38°C atau sedang mengalami gejala parah COVID 19. Namun apabila kamu merasa tidak enak badan seperti sedang mulai sakit (masa prodromal), sebaiknya melakukan isolasi mandiri dahulu selama beberapa hari untuk menilai perkembangan keluhan. Pemeriksaan seperti pemeriksaan PCR Influenza dan/atau PCR COVID 19 dapat dilakukan apabila keluhan bertambah berat.
Apabila keluhanmu dirasakan membaik, kamu dapat segera menjadwalkan vaksinasi Influenza.
Program vaksinasi terhadap COVID-19 dan influenza musiman saat ini sedang dilaksanakan secara paralel di banyak negara.
Pemberian kedua vaksin selama kunjungan yang sama akan memiliki beberapa manfaat. Pada tingkat individu, itu akan mengurangi jumlah kunjungan perawatan kesehatan yang dibutuhkan dan memberikan perlindungan tepat waktu terhadap kedua penyakit; manfaat individu ini dapat mendorong penyerapan yang lebih besar dari kedua vaksin.
Pada tingkat program dan sistem kesehatan, pemberian bersama dapat memfasilitasi pelaksanaan kedua program vaksin dan mengurangi beban pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Sampai baru-baru ini, tidak ada bukti yang tersedia tentang pemberian bersama vaksin COVID-19 yang terdaftar dalam penggunaan darurat WHO (EUL) dengan vaksin lain; Oleh karena itu, WHO pada awalnya merekomendasikan interval 14 hari antara pemberian vaksin COVID-19 dan vaksin lainnya.
Bukti terbaru sekarang menunjukkan bahwa pemberian vaksin inaktif lainnya boleh mendapatkan suntik vaksin COVID secara bersamaan. Kendati demikian, beberapa kekhawatiran sempat dikemukakan, khususnya seputar potensi peningkatan reaktivitas COVID-19 dan vaksin influenza jika diberikan pada satu kunjungan, karena beberapa produk vaksin COVID-19 telah menunjukkan reaktivitas tinggi jika diberikan sendiri.
Data sekarang telah muncul tentang pemberian bersama vaksin influenza dan COVID-19. Berdasarkan data tersebut, SAGE meninjau kembali masalah tugas pembantuan selama rapat pleno pada Oktober 2021. Uji coba ini menunjukkan bahwa pemberian vaksin influenza dan COVID-19 secara bersamaan dapat diterima dalam hal reaktogenisitas dan tolerabilitas. Tidak ada bukti interferensi kekebalan negatif baik untuk COVID-19 atau vaksin influenza.
Masih Berfikir Untuk Melewatkan Vaksin Flu Tahunan Mu?
Pastikan Anda tidak rentan terpapar dan menyebarkan penyakit menular berbahaya.
Ayo vaksinasi sekarang!