Pentingnya Mengejar Kelengkapan Imunisasi
Imunisasi anak yang tidak diberikan sesuai dengan jadwal, terlambat, tidak lengkap atau belum imunisasi merupakan masalah yang masih sering sekali ditemukan di Indonesia.
Pemberian imunisasi yang tidak sesuai jadwal atau belum lengkap tersebut bukan merupakan hambatan untuk melanjutkan imunisasi. Mengejar kelengkapan imunisasi penting untuk membentuk perlindungan imunitas untuk kurun waktu yang panjang (life-long immunity). Untuk mengejar kelengkapan imunisasi, dokter perlu mengedukasi orang tua mengenai perlunya melanjutkan dan melengkapi imunisasi (catch up immunization) agar tercapai kadar perlindungan yang optimal.
Tabel 1 – Jenis Vaksin Sesuai Kelompok Umur
Kelompok Usia | Jenis Imunisasi |
---|---|
Lahir < 1 tahun | BCG, polio, hepatitis B, DPT, campak, HiB, pneumokokus, rotavirus |
1 – 4 tahun | DPT, polio, MMR, tifoid, hepatitis A, varisela, influenza, HiB, pneumokokus |
5 – 12 tahun | DPT, polio, campak, MMR, tifoid, Hepatitis A, varisela, influenza, pneumokokus |
12 – 18 tahun | TT, hepatitis B, (MM)R, tifoid, hepatitis A, varisela, influenza, pneumokokus, HPV |
Pedoman Imunisasi Susulan (Catchup Immunization)
Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B idealnya diberikan sedini mungkin (<12 jam) setelah lahir, lalu dianjurkan pada jarak 4 minggu dari imunisasi pertama. Jarak imunisasi ke-3 dengan ke-2 minimal 2 bulan dan terbaik setelah 5 bulan. Apabila anak belum pernah mendapat imunisasi hepatitis B pada masa bayi, ia bisa mengejar kelengkapan imunisasi hepatitis B dengan mendapat serial imunisasi kapan saja saat berkunjung. Hal ini dapat dilakukan tanpa harus memeriksa kadar anti hepatitis B.
BCG
Imunisasi lain adalah imunisasi BCG. Indonesia saat ini merupakan negara ke-3 tertinggi di dunia untuk penyakit TBC, setelah India dan Tiongkok. Imunisasi BCG terbaik diberikan pada usia 2-3 bulan karena pada bayi usia <2 bulan sistem imun anak belum matang. Pemberian imunisasi penyokong (booster) tidak dianjurkan.
DPT
Imunisasi DPT juga termasuk komitmen global dalam rangka eliminasi tetanus. Imunisasi DPT diberikan 3 kali sebagai imunisasi dasar, dilanjutkan dengan imunisasi ulangan 1 kali (interval 1 tahun setelah DPT3). Pada usia 5 tahun, diberikan ulangan lagi (sebelum masuk sekolah) dan pada usia 12 tahun berupa imunisasi Td. Pada wanita, imunisasi TT perlu diberikan 1 kali sebelum menikah dan 1 kali pada ibu hamil, yang bertujuan untuk mencegah tetanus neonatorum (tetanus pada bayi baru lahir).
Apabila imunisasi DPT terlambat diberikan, berapa pun interval keterlambatannya, jangan mengulang dari awal. Tetap lanjutkan imunisasi sesuai jadwal untuk mengejar kelengkapan imunisasi. Bila anak belum pernah diimunisasi dasar pada usia <12 bulan, lakukan imunisasi sesuai imunisasi dasar baik jumlah maupun intervalnya. Bila pemberian DPT ke-4 sebelum ulang tahun ke-4, pemberian ke-5 paling cepat diberikan 6 bulan sesudahnya. Bila pemberian ke-4 setelah umur 4 tahun, pemberian ke-5 tidak diperlukan lagi.
Polio
Vaksin polio oral (OPV) diberikan saat lahir, usia 2, 4, 6, 18 bulan (atau usia 2, 3, 4 bulan sesuai program pemerintah), sedangkan untuk vaksin polio suntik (IPV) diberikan pada usia 2, 4, 6-18 bulan dan 6-8 tahun. Apabila imunisasi polio terlambat diberikan, jangan mengulang pemberiannya dari awal, tetapi lanjutkan sesuai jadwal untuk mengejar kelengkapan imunisasi. Interval keterlambatan dari pemberian sebelumnya tidak perlu dipertimbangkan.
Campak
Imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan dan dosis ulangan (second opportunity pada crash program campak) pada usia 6-59 bulan serta saat SD kelas 1-6. Terkadang, terdapat program PIN (Pekan Imunisasi Nasional) campak yang bertujuan sebagai penguatan (strengthening). Program ini bertujuan untuk mencakup sekitar 5 persen individu yang diperkirakan tidak memberikan respon imunitas yang baik saat diimunisasi dahulu. Bagi anak yang terlambat/belum mendapat imunisasi campak: bila saat itu anak berusia 9-12 bulan, berikan kapan pun saat bertemu. Bila anak berusia >1 tahun, berikan MMR.
MMR
Vaksin MMR diberikan pada usia 15-18 bulan dengan minimal interval 6 bulan antara imunisasi campak dengan MMR. MMR diberikan minimal 1 bulan sebelum atau sesudah penyuntikan imunisasi lain. Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi MMR pada usia 12-18 bulan dan diulang pada usia 6 tahun, imunisasi campak (monovalen) tambahan pada usia 6 tahun tidak perlu lagi diberikan. Bila imunisasi ulangan (booster) belum diberikan setelah berusia 6 tahun, berikan vaksin campak/MMR kapan saja saat bertemu. Pada prinsipnya, berikan imunisai campak 2 kali atau MMR 2 kali.
Haemophilus Influenzae tipe B (HiB)
Imuniasi HiB dapat berupa vaksin PRP-T (konjugasi) diberikan pada usia 2, 4, dan 6 bulan, dan diulang pada usia 18 bulan. Vaksin HiB juga dapat diberikan dalam bentuk vaksin kombinasi. Apabila anak datang pada usia 1-5 tahun, HiB hanya diberikan 1 kali . Anak di atas usia 5 tahun tidak perlu mengejar kelengkapan imunisasi karena penyakit ini hanya menyerang anak dibawah usia 5 tahun. Saat ini, imunisasi HiB telah telah masuk program pemerintah, yaitu vaksin Pentabio produksi Bio Farma, vaksin HiB diberikan bersama DPT, Hepatitis B.
Pneumokokus
Imunisasi yang penting lainnya yaitu imunisasi Pneumokokus untuk mencegah infeksi kuman pneumokokus salah satu penyebab penting dari radang telinga, pneumonia, meningitis dan beredarnya bakteri dalam darah. Sayangnya, imunisasi ini belum masuk program pemerintah.
Mengejar kelengkapan imunisasi pneumokokus dilakukan tergantung dari usia pasien anak (tabel 2):
Tabel 2 – Jadwal dan Dosis Pemberian Imunisasi Pneumokokus
Usia | Dosis dan Interval | Ulangan |
---|---|---|
2 – 6 bulan | 3 dosis, interval 6 – 8 minggu | 1 dosis, 12 – 15 bulan |
7 – 11 bulan | 2 dosis, interval 6 – 8 minggu | 1 dosis, 12 – 15 bulan |
12 – 23 bulan | 2 dosis, interval 6 – 8 minggu | |
≥ 24 bulan | 1 dosis |
Rotavirus
Angka kejadian kematian diare masih tinggi di Indonesia dan untuk mencegah diare karena rotavirus, digunakan vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus yang beredar di Indonesia saat ini ada 2 macam. Pertama Rotateq diberikan sebanyak 3 dosis: pemberian pertama pada usia 6-14 minggu dan pemberian ke-2 setelah 4-8 minggu kemudian, dan dosisi ke-3 maksimal pada usia 8 bulan. Kedua, Rotarix diberikan 2 dosis: dosis pertama diberikan pada usia 10 minggu dan dosis kedua pada usia 14 minggu (maksimal pada usia 6 bulan). Apabila bayi belum diimunisasi pada usia lebih dari 6-8 bulan, maka tidak perlu diberikan karena belum ada studi keamanannya.
Influenza
Vaksin influenza diberikan dengan dosis tergantung usia anak. Pada usia 6-35 bulan cukup 0,25 mL. Anak usia >3 tahun, diberikan 0,5 mL.
Pada anak berusia < 8 tahun, untuk pemberian pertama kali diperlukan 2 dosis dengan interval minimal 4-6 minggu, sedangkan bila anak berusia ≥ 8 tahun, maka dosis pertama cukup 1 dosis saja.
Varisela (Cacar Air)
Vaksin varisela (cacar air) diberikan pada usia >1 tahun, sebanyak 1 kali. Untuk anak berusia >13 tahun atau pada dewasa, diberikan 2 kali dengan interval 4-8 minggu. Apabila terlambat, berikan kapan pun saat pasien datang, karena imunisasi ini bisa diberikan sampai dewasa.
Hepatitis A & Tifoid
Imunisasi hepatitis A dan tifoid diberikan pada usia lebih dari 2 tahun. Imunisasi hepatitis A diberikan sebanyak 2 dosis dengan interval 6-12 bulan. Imunisasi tifoid diberikan pada usia lebih dari 2 tahun, dengan ulangan setiap 3 tahun. Vaksin tifoid merupakan vaksin polisakarida sehingga di atas usia 2 tahun.
Pastikan Anda tidak rentan terpapar dan menyebarkan penyakit menular berbahaya.
Ayo vaksinasi sekarang!