Sekilas
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menginfeksi berbagai bagian tubuh, terutama paru-paru, dan dapat menimbulkan komplikasi serius jika tidak diobati. Meskipun beberapa orang mungkin tidak menunjukkan gejala atau hanya mengalami gejala ringan, TBC tetap dapat menular kepada orang di sekitar mereka. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami gejala, penyebaran, serta langkah-langkah pencegahan TBC.
Bakteri penyebab TBC, Mycobacterium tuberculosis, menyebar melalui udara saat seseorang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara. Orang lain berisiko terpapar bakteri ini dan dapat menghirupnya langsung atau terpapar melalui kontak dengan permukaan yang terkontaminasi. Setelah terpapar, seseorang mungkin tidak langsung mengembangkan gejala penyakit, tetapi bakteri tetap dapat aktif dalam tubuh dan menyebabkan penyakit pada waktu yang kemudian.
Orang yang terinfeksi memiliki kemungkinan untuk menularkan bakteri dari sekitar satu hari sebelum gejala muncul hingga beberapa minggu setelahnya. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk mengenali gejala TBC dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat.
Gejala Tuberkulosis
Gejala Tuberkulosis bisa bervariasi tergantung pada bagian tubuh yang terinfeksi. Ketika kuman penyebab tuberkulosis (TBC) bertahan dan berkembang biak di paru-paru, ini disebut sebagai infeksi TBC. Infeksi TBC dapat berada dalam salah satu dari tiga tahap dengan gejala yang berbeda di setiap tahapan.
Infeksi TBC primer.
Tahap pertama disebut infeksi primer. Sel sistem kekebalan tubuh menemukan dan menangkap kuman tersebut. Sistem kekebalan tubuh mungkin dapat menghancurkan kuman-kuman tersebut sepenuhnya. Tetapi beberapa kuman yang ditangkap masih dapat bertahan dan berkembang biak.
Sebagian besar orang tidak mengalami gejala selama infeksi primer. Beberapa orang mungkin mengalami gejala mirip influenza, seperti:
- Demam ringan.
- Kelelahan.
- Batuk.
Infeksi TBC laten.
Infeksi primer biasanya diikuti oleh tahap yang disebut infeksi TBC laten. Sel sistem kekebalan tubuh membentuk dinding di sekitar jaringan paru-paru yang mengandung kuman TBC. Kuman-kuman tersebut tidak dapat menyebabkan lebih banyak kerusakan jika sistem kekebalan tubuh dapat mengendalikannya tetapi bakteri tersebut tetap bertahan. Tidak ada gejala selama infeksi TBC laten.
Penyakit TBC aktif.
Penyakit TBC aktif terjadi ketika sistem kekebalan tubuh tidak dapat mengendalikan infeksi. Bakteri Mycobacterium tuberculosis menyebabkan penyakit di seluruh paru-paru atau bagian lain dari tubuh. Penyakit TBC aktif dapat terjadi segera setelah infeksi primer. Tetapi biasanya terjadi setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun infeksi TBC laten.
Gejala penyakit TBC aktif di paru-paru biasanya dimulai secara perlahan dan memburuk selama beberapa minggu. Gejala tersebut mungkin meliputi:
- Batuk.
- Batuk darah atau dahak.
- Nyeri dada.
- Nyeri saat bernapas atau batuk.
- Demam.
- Menggigil.
- Keringat malam.
- Penurunan berat badan.
- Tidak nafsu makan.
- Kelelahan.
- Tidak merasa sehat secara umum.
Penyakit TBC aktif di luar paru-paru.
Infeksi TBC dapat menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya. Ini disebut sebagai tuberkulosis ekstrapulmoner. Gejalanya bervariasi tergantung pada bagian tubuh yang terinfeksi. Gejala umum mungkin meliputi:
- Demam.
- Menggigil.
- Keringat malam.
- Penurunan berat badan.
- Tidak nafsu makan.
- Kelelahan.
- Tidak merasa sehat secara umum.
- Nyeri di dekat lokasi infeksi.
Penyakit TBC aktif pada pita suara berada di luar paru-paru, tetapi memiliki gejala yang lebih mirip penyakit di paru-paru.
Lokasi umum penyakit TBC aktif di luar paru-paru meliputi:
- Ginjal.
- Hati.
- Cairan di sekitar otak dan sumsum tulang belakang.
- Otot jantung.
- Alat kelamin.
- Kelenjar getah bening.
- Tulang dan sendi.
- Kulit.
- Dinding pembuluh darah.
- Pita suara, juga disebut laring.
- Penyakit TBC aktif pada anak-anak.
Gejala penyakit TBC aktif pada anak-anak
Gejala penyakit TBC aktif pada anak-anak dapat bervariasi. Biasanya, gejala berdasarkan usia mungkin meliputi hal berikut:
Remaja.
Gejala mirip dengan gejala pada orang dewasa.
Anak usia 1 hingga 12 tahun
Anak-anak lebih muda mungkin mengalami demam yang tidak hilang dan penurunan berat badan.
Bayi
Bayi mungkin tidak tumbuh atau bertambah berat badannya seperti yang diharapkan. Selain itu, bayi dapat memiliki gejala dari pembengkakan di cairan di sekitar otak atau sumsum tulang belakang, termasuk:
- Lamban atau tidak aktif.
- Mudah rewel.
- Muntah.
- Napsu makan yang buruk.
- Tembalan lembut yang membengkak di kepala.
- Refleks yang buruk.
Kapan harus berobat?
Gejala tuberkulosis mirip dengan gejala dari berbagai penyakit yang berbeda. Segera konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan Anda jika Anda memiliki gejala yang tidak membaik setelah beberapa hari istirahat.
Cari perawatan darurat jika Anda mengalami:
- Nyeri dada.
- Sakit kepala tiba-tiba dan parah.
- Kebingungan.
- Kejang.
- Kesulitan bernapas.
Dapatkan perawatan dan pengobatan segera jika Anda:
- Batuk darah.
- Terdapat darah dalam urin atau tinja Anda.
Penyebab
Tuberkulosis disebabkan oleh sebuah bakteri yang disebut Mycobacterium tuberculosis.
Orang dengan penyakit TB aktif di paru-paru atau pita suara dapat menyebarkan penyakit ini. Mereka mengeluarkan percikan (droplet) yang membawa bakteri melalui udara. Penularan ini dapat terjadi ketika mereka berbicara, bernyanyi, tertawa, batuk, atau bersin. Seseorang dapat terinfeksi setelah menghirup tetesan tersebut.
Penyakit ini lebih mungkin menyebar ketika orang-orang menghabiskan banyak waktu bersama di dalam ruangan. Oleh karena itu, penyakit ini mudah menyebar di tempat-tempat di mana orang tinggal atau bekerja bersama dalam jangka waktu lama. Selain itu, penyakit ini lebih mudah menyebar dalam kerumunan orang.
Seseorang dengan infeksi TB laten tidak dapat menularkan penyakit ini kepada orang lain. Seseorang yang mengonsumsi obat untuk mengobati penyakit TB aktif biasanya tidak dapat menularkan penyakit ini setelah 2 hingga 3 minggu pengobatan.
TBC Resisten Obat
Beberapa bentuk bakteri TB telah menjadi resisten atau kebal terhadap obat. Ini berarti bahwa obat-obatan yang sebelumnya dapat menyembuhkan penyakit ini tidak lagi berfungsi efektif.
Hal ini terjadi, sebagian karena perubahan genetik yang terjadi secara alami pada bakteri. Perubahan genetik acak pada bakteri mungkin memberikannya beberapa sifat yang membuatnya lebih mungkin bertahan dari serangan antibiotik. Jika bertahan, maka bakteri tersebut dapat berkembang biak.
Ketika obat antibiotik tidak digunakan dengan benar — atau obat gagal membunuh semua bakteri karena alasan lain — kondisinya ideal bagi versi bakteri yang lebih tahan terhadap obat untuk berkembang dan berkembang biak. Jika bakteri-bakteri ini ditularkan kepada orang lain, strain yang tahan terhadap obat baru dapat berkembang seiring waktu.
Masalah-masalah yang dapat menyebabkan bakteri menjadi tahan terhadap obat termasuk hal-hal berikut:
- Pasien tidak mengikuti petunjuk penggunaan obat atau berhenti mengonsumsi obat.
- Pasien tidak diberikan rencana pengobatan yang tepat.
- Obat tidak tersedia.
- Obat-obatan berkualitas rendah.
- Tubuh tidak menyerap obat seperti yang diharapkan.
Klasifikasi
Mycobacterium tuberculosis, yang juga dikenal sebagai bacillus Koch, adalah spesies bakteri patogen dalam keluarga Mycobacteriaceae dan agen penyebab penyakit tuberkulosis. Pertama kali ditemukan pada tahun 1882 oleh Robert Koch, M. tuberculosis memiliki lapisan seperti lilin yang tidak lazim pada permukaan selnya, terutama karena adanya asam mikolik.
Lapisan ini membuat sel-selnya tahan terhadap pewarnaan Gram, dan akibatnya, M. tuberculosis dapat terlihat lemah positif Gram. Pewarnaan asam tahan seperti Ziehl–Neelsen, atau pewarnaan fluoresen seperti auramin digunakan untuk mengidentifikasi M. tuberculosis dengan mikroskop.
Di Indonesia, metode pewaranaan yang populer digunakan dan dikembangkan oleh peniliti asal Indonesia adalah teknik pewarnaan Tan Thiam Hok.
Fisiologi M. tuberculosis bersifat aerobik tinggi dan membutuhkan kadar oksigen yang tinggi. Terutama sebagai patogen sistem pernapasan mamalia, bakteri ini menginfeksi paru-paru.
Metode diagnostik yang paling sering digunakan untuk tuberkulosis adalah tes kulit tuberkulin, pewarnaan tahan asam, kultur, dan reaksi berantai polimerase. Pemeriksaan TB-IGRA (Interferon Gamma Release Assay)Â lebih disarankan sebagai metode skrining TB pada negara-negara yang penduduknya mendapatkan vaksin BCG sebagai program imunisasi rutin (dasar). Hal ini untuk menghindari positif palsu yang seringkali terjadi pada mereka yang sudah terimunisasi dengan vaksin BCG.
Genom M. tuberculosis diurutkan pada tahun 1998.
Replikasi dan Infektivitas
Pada tahun 2019, M. tuberculosis ditemukan dalam kelompok kompleks spesies Mycobacterium yang memiliki hubungan genetik yang disebut "Kompleks Mycobacterium tuberculosis" yang memiliki setidaknya 9 anggota:
- M. tuberculosis sensu stricto
- M. africanum
- M. canetti
- M. bovis
- M. caprae
- M. microti
- M. pinnipedii
- M. mungi
- M. orygis
Bakteri ini memerlukan oksigen untuk tumbuh, dan bersifat nonmotil (tidak bergerak).
M. tuberculosis membelah setiap 18-24 jam. Siklus pembelahan ini sangat lambat dibandingkan dengan bakteri lain, yang cenderung memiliki waktu pembelahan yang diukur dalam menit (contoh: Escherichia coli dapat membelah kurang lebih setiap 20 menit).
Bakteri ini merupakan basilus kecil yang tahan terhadap desinfektan lemah dan dapat bertahan dalam keadaan kering selama berminggu-minggu. Dinding selnya yang tidak lazim, kaya akan lipid seperti asam mikolik dan cord factor glycolypid, kemungkinan bertanggung jawab atas ketahanannya terhadap pengeringan dan merupakan faktor kunci virulensi.
Potensi Mutasi
Selama penyakit TB, genom M.tb diperkirakan mengalami mutasi pada laju rata-rata 0,2–0,5 SNP/genom/tahun, namun laju ini bervariasi berdasarkan karakteristik orang yang terinfeksi dan strain M.tb tertentu (penting untuk dicatat, laju mutasi dan laju substitusi adalah berbeda: laju mutasi mencerminkan perubahan dalam urutan genom antara induk dan keturunannya, atau antara isolat kasus yang mungkin terkait melalui transmisi, sedangkan laju substitusi hanya mewakili mutasi yang bertahan dari waktu ke waktu di tengah tekanan seleksi).
Dampak signifikan terhadap mutasi M.tb adalah terbentuknya M.tb resisten obat multipel (Multiple-drug Resistant Tuberculosis; MDR TB).
Menurut WHO, dari 10 juta orang yang diperkirakan jatuh sakit dengan tuberkulosis (TB) pada tahun 2019, hampir setengah juta orang mengembangkan TB yang tahan terhadap rifampisin (RIF), dan lebih dari satu juta orang mengembangkan TB yang peka terhadap RIF tetapi tahan terhadap isoniazid (INH).
Ketahanan obat harus terdeteksi dengan cepat dan akurat untuk memulai pengobatan yang sesuai dan efektif.
Faktor Risiko
Setiap orang dapat terkena tuberkulosis, namun faktor-faktor tertentu meningkatkan risiko terkena infeksi. Faktor lain dapat meningkatkan risiko infeksi menjadi penyakit TB aktif.
Pemeriksaan TB direkomendasikan untuk orang yang memiliki risiko tinggi terkena infeksi TB atau penyakit TB aktif, seperti dijabarkan sebagai berikut:
Risiko infeksi TB
Beberapa kondisi hidup atau bekerja membuat penularan penyakit lebih mudah dari satu orang ke orang lain. Kondisi-kondisi ini meningkatkan risiko terkena infeksi TB:
- Tinggal dengan seseorang yang memiliki penyakit TB aktif.
- Tinggal atau bepergian di negara di mana TB umum terjadi, termasuk beberapa negara di Amerika Latin, Afrika, Asia, dan Kepulauan Pasifik.
- Tinggal atau bekerja di tempat-tempat di mana orang tinggal berdekatan, seperti penjara, panti jompo, dan tempat perlindungan bagi orang tunawisma.
- Tinggal di komunitas yang diidentifikasi berisiko tinggi terhadap tuberkulosis.
- Bekerja di bidang pelayanan kesehatan dan merawat orang dengan risiko TB tinggi.
Risiko penyakit TB aktif
Sistem kekebalan tubuh yang lemah meningkatkan risiko infeksi TB menjadi penyakit TB aktif. Kondisi atau pengobatan yang melemahkan sistem kekebalan tubuh meliputi:
- HIV/AIDS.
- Diabetes.
- Penyakit ginjal berat.
- Kanker pada kepala, leher, dan darah.
- Kekurangan gizi atau berat badan rendah.
- Pengobatan kanker, seperti kemoterapi.
- Obat-obatan untuk mencegah penolakan organ pada penerima transplantasi.
- Penggunaan jangka panjang kortikosteroid.
- Penggunaan obat terlarang yang disuntikkan.
- Penyalahgunaan alkohol.
- Merokok dan menggunakan produk tembakau lainnya.
Usia dan penyakit TB aktif
Risiko infeksi TB menjadi penyakit TB aktif berubah seiring bertambahnya usia.
- Di bawah 5 tahun.
Sampai anak-anak mencapai usia 5 tahun, mereka memiliki risiko tinggi infeksi TB menjadi penyakit TB aktif. Risiko lebih besar untuk anak di bawah usia 2 tahun. Tuberkulosis pada kelompok usia ini seringkali menyebabkan penyakit serius pada cairan di sekitar otak dan sumsum tulang belakang, disebut meningitis. - Usia 15 hingga 25 tahun.
Orang dalam kelompok usia ini memiliki risiko tinggi mengembangkan penyakit TB aktif yang lebih parah di paru-paru. - Usia 65 tahun ke atas.
Sistem kekebalan tubuh melemah saat usia tua. Orang dewasa yang lebih tua memiliki risiko penyakit TB aktif yang lebih besar. Selain itu, penyakit ini mungkin sulit diobati.
Komplikasi
Komplikasi akut dan subakut dari penyakit TB disebabkan oleh kerusakan struktural atau kompromi vaskular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, serta kelainan metabolik dan respons inflamasi tubuh.
Sepsis terkait TB adalah komplikasi akut yang mengancam jiwa, di mana pendekatan diagnosa dan pengelolaan saat ini kemungkinan tidak memadai.
Intensifikasi terapi dan penggunaan imunomodulator adalah area penelitian yang sedang berlangsung.
Reaksi paradoks atau memburuknya gejala selama pengobatan TB mungkin dapat diatasi dengan kortikosteroid.
Meskipun TB sembuh berhasil, komplikasi kronis dapat timbul akibat perubahan anatomi pada lokasi penyakit. Contohnya adalah miketoma yang berkembang dalam rongga TB residu, gangguan fungsi paru-paru, atau defisit neurologis fokal dari tuberkuloma.
Komplikasi dari penyakit tuberkulosis aktif sering terjadi pada pasien dengan faktor risiko yang disebutkan di atas. Pasien yang tidak menerima pengobatan yang tepat atau lengkap untuk penyakit aktif juga berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi. Beberapa komplikasi yang disebabkan oleh penyakit aktif meliputi:
- Sindrom gangguan pernapasan akut
- Penghancuran luas paru-paru
- Empiema
- Pneumotoraks
- Infeksi tuberkulosis tersebar (termasuk meningitis tuberkulosis)
- Bronkiektasis
- Fibrotoraks
- Aspergilloma
- Hemoptisis
Diagnosis
Untuk mendiagnosis infeksi tuberkulosis (TB), dokter Anda akan melakukan pemeriksaan yang mencakup:
- Mendengarkan pernafasan Anda dengan stetoskop.
- Memeriksa kelenjar getah bening yang membengkak.
- Menanyakan pertanyaan tentang gejala Anda.
Pemeriksaan TB
Dokter Anda akan melakukan pemeriksaan lanjutan jika:
- Tuberkulosis dicurigai.
- Anda mungkin terpapar dengan seseorang yang menderita penyakit tuberkulosis (TBC) aktif.
- Anda memiliki risiko kesehatan untuk penyakit TB aktif.
Dokter Anda akan menentukan apakah tes kulit atau tes darah adalah pilihan terbaik.
- Tes kulit
Dikenal juga sebagai tes Mantoux, uji kulit menggunakan sejumlah kecil zat yang disebut tuberculin, disuntikkan tepat di bawah kulit di bagian dalam lengan bawah. Dalam waktu 48 hingga 72 jam, petugas kesehatan akan memeriksa lengan Anda untuk melihat apakah ada pembengkakan di lokasi suntikan. Ukuran kulit yang naik (indurasi) digunakan untuk menentukan tes positif atau negatif.
Tes ini menguji apakah sistem kekebalan tubuh Anda bereaksi, atau telah membuat antibodi, terhadap tuberkulosis. Hasil positif menunjukkan Anda kemungkinan memiliki infeksi TB laten atau penyakit TB aktif. Orang yang telah divaksinasi TB mungkin mendapatkan hasil positif meskipun mereka tidak terinfeksi.
Hasil negatif berarti bahwa tubuh Anda tidak bereaksi terhadap tes tersebut. Ini tidak selalu berarti Anda tidak memiliki infeksi. Metode pemeriksaan ini juga memiliki keterbatasan termasuk positif palsu pada orang yang telah mendapatkan vaksinasi BCG. - Tes darah
Sebuah sampel darah dikirim ke laboratorium. Salah satu uji laboratorium menentukan apakah sel-sel sistem kekebalan tertentu dapat "mengenali" tuberkulosis. Hasil positif menunjukkan bahwa Anda memiliki infeksi TB laten atau penyakit TB aktif. Uji lain dari sampel darah dapat membantu menentukan apakah Anda memiliki penyakit aktif.
Hasil negatif berarti Anda kemungkinan tidak memiliki infeksi TB. - X-ray (Rontgen)
X-ray dada dapat menunjukkan bercak tidak teratur di paru-paru yang merupakan tanda khas penyakit TB aktif. - Pemeriksaan dahak (sputum)
Penyedia layanan kesehatan Anda mungkin akan mengambil sampel lendir yang muncul saat batuk, juga disebut dahak. Jika Anda memiliki penyakit TB aktif di paru-paru atau kotak suara, uji laboratorium dapat mendeteksi bakteri.
Uji laboratorium yang relatif cepat dapat mengindikasikan apakah dahak mungkin mengandung bakteri TB. Tetapi hasilnya mungkin menunjukkan bakteri dengan fitur serupa.
Uji laboratorium lain dapat mengkonfirmasi keberadaan bakteri TB. Hasilnya biasanya memerlukan waktu beberapa minggu. Uji laboratorium juga dapat memberitahu apakah itu adalah bentuk bakteri yang tahan terhadap obat. Informasi ini membantu penyedia layanan kesehatan Anda memilih pengobatan terbaik. - Uji laboratorium lainnya
Uji laboratorium lain yang mungkin dipesan meliputi:- Uji napas.
Prosedur untuk mengeluarkan dahak dari paru-paru Anda dengan tabung khusus. - Uji urine.
Uji cairan di sekitar tulang belakang dan otak, disebut cairan serebrospinal.
- Uji napas.
Pengobatan
Jika Anda memiliki infeksi TB laten, dokter Anda mungkin akan memulai serangkaian pengobatan. Hal ini terutama berlaku bagi orang dengan HIV/AIDS atau faktor lain yang meningkatkan risiko penyakit TB aktif. Sebagian besar infeksi TB laten diobati selama tiga atau empat bulan.
Penyakit TB aktif dapat diobati selama enam atau sembilan bulan. Ahli dalam pengobatan TB akan menentukan obat mana yang terbaik untuk Anda.
Anda akan memiliki janji rutin untuk melihat apakah kondisi Anda membaik dan untuk memantau efek samping.
Minum semua obat
Penting untuk minum setiap dosis sesuai petunjuk. Dan Anda harus menyelesaikan seluruh kursus pengobatan. Hal ini penting untuk membunuh bakteri dalam tubuh Anda dan mencegah bakteri tahan obat baru.
Dinas kesehatan setempat mungkin menggunakan program yang disebut terapi yang diamati langsung (directly observed therapy; DOT). Dengan DOT, petugas kesehatan datang ke rumah Anda untuk memantau Anda saat mengambil dosis obat.
Beberapa departemen layanan kesehatan memiliki program yang memungkinkan Anda mengambil obat-obatan sendiri. Puskesmas mungkin akan memiliki formulir cetak yang dapat Anda gunakan untuk melacak dosis harian Anda.
Obat TB paling umum
Jika Anda memiliki infeksi TB laten, Anda mungkin hanya perlu mengonsumsi satu atau dua jenis obat. Penyakit TB aktif memerlukan penggunaan beberapa jenis obat. Obat-obatan umum yang digunakan untuk mengobati tuberkulosis meliputi:
- Isoniazid.
- Rifampisin.
- Rifabutin.
- Rifapentin.
- Pirazinamida.
- Etambutol.
Anda mungkin akan diresepkan obat-obatan lain jika Anda memiliki tuberkulosis yang tahan terhadap obat (MDR-TB) atau komplikasi lain dari penyakit Anda.
Efek samping obat
Sebagian besar orang dapat mengonsumsi obat TB tanpa efek samping yang serius. Jika Anda mengalami efek samping yang serius, penyedia perawatan Anda mungkin akan meminta Anda untuk menghentikan penggunaan obat tertentu. Anda mungkin perlu mengubah dosis obat.
Bicaralah dengan penyedia layanan kesehatan Anda jika Anda mengalami salah satu dari hal berikut:
- Perut kembung.
- Muntah.
- Hilangnya nafsu makan.
- Diare parah.
- Kotoran berwarna terang.
- Urin berwarna gelap.
- Warna kulit atau mata yang kekuningan.
- Perubahan penglihatan.
- Pusing atau masalah keseimbangan.
- Kesemutan di tangan atau kaki.
- Mudah memar atau berdarah.
- Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
- Kelelahan yang tidak dapat dijelaskan.
- Kesedihan atau depresi.
- Ruam.
- Nyeri sendi.
Penting bagi Anda untuk mencantumkan semua obat, suplemen makanan, atau ramuan herbal yang Anda konsumsi. Anda mungkin perlu menghentikan penggunaan beberapa dari mereka selama pengobatan Anda.
Home Remedy
TB tidak pernah boleh diobati dengan terapi alternatif atau komplementer saja. Untuk menyembuhkan penyakit ini dan mencegah penyebarannya kepada orang lain, Anda harus diobati dengan obat khusus tuberkulosis. Beberapa terapi komplementer dan alternatif (Complementary & Alternative Medicines; CAM) mungkin berguna sebagai terapi pendukung.
Meskipun terapi komplementer digunakan, obat tuberkulosis yang diresepkan harus diminum sesuai petunjuk dengan tepat. Terapi CAM tidak memungkinkan seseorang mengurangi penggunaan obat atau melewatkan dosis. Melewatkan dosis adalah penyebab utama perkembangan bakteri tahan obat (MDR-TB) dan penyebaran penyakit yang lebih luas.
Nutrisi
Mengikuti tips nutrisi ini mungkin dapat membantu mengurangi risiko dan gejala:
- Hindari semua alergen makanan yang dicurigai, termasuk produk susu (susu, keju, telur, dan es krim), gandum (gluten), kedelai, jagung, bahan pengawet, dan aditif makanan kimia. Untuk memahami profil alergi makanan Anda, lakukan pemeriksaan alergi makanan Anda.
- Konsumsi makanan yang tinggi vitamin B dan zat besi, seperti biji-bijian utuh (jika tidak ada alergi), sayuran hijau tua (seperti bayam dan kale), dan rumput laut.
- Konsumsi makanan kaya antioksidan, termasuk buah-buahan (seperti blueberry, ceri, dan tomat) dan sayuran (seperti labu dan paprika).
- Hindari makanan olahan, seperti roti putih, pasta, dan gula.
- Kurangi konsumsi daging merah dan lebih banyak konsumsi daging tanpa lemak, ikan berminyak dingin, tahu (kedelai, jika tidak ada alergi), atau kacang-kacangan sebagai sumber protein.
- Gunakan minyak masak sehat, seperti minyak zaitun atau minyak nabati.
- Kurangi atau hindari asam lemak trans, yang terdapat dalam produk olahan seperti kue, kraker, kue, kentang goreng, bawang cincang, donat, makanan olahan, dan margarin.
- Hindari kopi dan zat penguat lainnya, alkohol, dan tembakau.
Anda dapat mengatasi kekurangan nutrisi dengan suplemen berikut:
- Multivitamin harian, mengandung vitamin antioksidan A, C, E, D, vitamin kompleks B, dan mineral jejak seperti magnesium, kalsium, seng, dan selenium.
- Vitamin kompleks B, 1 tablet harian.
- Vitamin C, 1 hingga 3 gram harian, sebagai antioksidan. Dosis yang lebih tinggi dapat digunakan di bawah pengawasan dokter. Vitamin C dapat mengganggu penyerapan vitamin B12, pisahkan setidaknya 2 jam antara keduanya. Kurangi dosis jika diare terjadi.
- Vitamin D, 200 hingga 400 IU harian. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kadar vitamin D rendah mungkin menjelaskan mengapa beberapa kelompok etnis cenderung lebih rentan terhadap TB. Penelitian awal ini sangat menjanjikan, meskipun belum diketahui apakah vitamin D dapat membantu mencegah atau mengobati TB. Banyak dokter yang memperhatikan nutrisi merekomendasikan dosis vitamin D yang lebih tinggi. Bicarakan dengan dokter Anda tentang mengambil vitamin D tambahan untuk menentukan dosis yang tepat bagi Anda.
- N-Asetil Sistein, 600mg, 2 kapsul 3 kali sehari, sebagai antioksidan yang kuat dan untuk mengurai lendir yang terakumulasi. N-Asetil Sistein dapat berinteraksi dengan nitrogliserin dan dapat memperlambat proses pembekuan sehingga dapat berinteraksi dengan obat pengencer darah. Orang dengan asma dan alergi harus berbicara dengan dokter mereka untuk memastikan N-Asetil Sistein cocok untuk mereka.
- Suplemen probiotik (mengandung Lactobacillus acidophilus dan bakteri bermanfaat lainnya), 5 hingga 10 miliar CFU (koloni pembentuk unit) per hari, untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan dan sistem kekebalan tubuh. Beberapa suplemen probiotik mungkin perlu didinginkan. Beberapa dokter khawatir memberikan probiotik kepada pasien yang kekebalan tubuhnya parah terganggu. Bicarakan dengan dokter Anda.
- Asam alfa-lipoat, 25 hingga 50 mg dua kali sehari, untuk dukungan antioksidan. Orang yang menjadi alkoholik dan mereka yang memiliki kekurangan nutrisi sebaiknya berhati-hati saat mengonsumsi asam alfa-lipoat. Asam alfa-lipoat dapat berkontribusi pada kekurangan tiamin (B1) dan dengan demikian dapat menyebabkan efek samping yang serius. Ada kekhawatiran bahwa asam alfa-lipoat dapat berinteraksi dengan beberapa obat kanker (kemoterapi). Bicarakan dengan dokter Anda.
- Resveratrol (dari anggur merah), 50 hingga 200 mg per hari, untuk efek antioksidan.
- Beta-sitosterol, 60 mg per hari. Beta-sitosterol, senyawa dalam beberapa tanaman, mungkin bermanfaat jika diberikan bersamaan dengan obat konvensional, meskipun hasilnya belum pasti.
Beberapa penelitian pada hewan menunjukkan bahwa penyakit TB mungkin lebih berat pada orang dengan diet kaya asam lemak esensial omega-3. Studi ini belum komprehensif, dan belum jelas apakah efek serupa terjadi pada manusia. Sampai bukti ilmiah tersedia lebih komprehensif, sebaiknya hindari suplemen omega-3 (seperti minyak ikan) jika Anda memiliki atau berisiko terkena TB.
Tanaman Herbal
Herbal umumnya tersedia dalam bentuk ekstrak kering standar (pil, kapsul, atau tablet), teh, atau ekstrak cair/tincture (ekstraksi alkohol, kecuali dinyatakan lain). Campur ekstrak cair dengan minuman favorit. Dosis untuk teh adalah 1 hingga 2 sendok teh penuh per cangkir air direndam selama 10 hingga 15 menit (akar memerlukan waktu lebih lama). Meskipun herbal sebaiknya tidak digunakan sendiri untuk mengobati TB, beberapa herbal mungkin berguna jika digunakan bersamaan dengan pengobatan medis konvensional.
- Ekstrak Bawang Putih ( Allium sativum ) yang dikeringkan, 600 hingga 1200 mg per hari, untuk sifat antibakteri dan penstimulan kekebalan. Gunakan suplemen bawang hanya di bawah pengawasan penyedia layanan kesehatan jika Anda mengonsumsi obat pengencer darah, seperti warfarin (Coumadin). Bawang dapat mengganggu sejumlah obat, termasuk, tetapi tidak terbatas pada, obat-obatan yang digunakan untuk mengobati HIV dan pil kontrasepsi.
- Ekstrak Astragalus ( Astragalus membranaceus ) yang Standar, 250 hingga 500 mg, 3 hingga 4 kali sehari. Studi awal menunjukkan bahwa astragalus mungkin bermanfaat dalam pengobatan TB. Astragalus dapat mengganggu beberapa obat, termasuk lithium. Bicarakan dengan dokter Anda.
- Ekstrak Rhodiola ( Rhodiola rosea ) yang Standar, 150 hingga 300 mg, 1 hingga 3 kali sehari, untuk dukungan kekebalan. Rhodiola adalah "adaptogen" dan membantu tubuh beradaptasi dengan stres. Dosis tinggi Rhodiola dapat menurunkan tekanan darah dan efek pengencer darah, dan dapat meningkatkan efek obat pengencer darah, seperti warfarin (Coumadin) dan aspirin. Bicarakan dengan dokter Anda.
Vaksinasi Influenza
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) merekomendasikan Vaksinasi Flu tahunan untuk semua orang yang berusia 6 bulan atau lebih. Vaksinasi Influenza dapat menurunkan risiko terkena Flu serta juga dapat menurunkan risiko komplikasi, perawatan inap, dan kematian akibat Flu.
Vaksinasi Flu sangat penting karena penyakit Flu dan coronavirus 2019 (COVID-19) menyebabkan gejala yang serupa. Baik COVID-19 dan Influenza dapat menyebar secara bersamaan. Vaksinasi adalah cara terbaik untuk melindungi dari keduanya. Vaksinasi Flu juga dapat mengurangi gejala yang mungkin tertukar dengan gejala yang disebabkan oleh COVID-19. Mencegah flu dan menurunkan jumlah penderita flu berat serta komplikasinya juga dapat menurunkan jumlah orang yang perlu dirawat di rumah sakit. Dan jika vaksin atau booster COVID-19 dan vaksinasi flu jatuh tempo pada waktu yang sama, kamu bisa melakukan keduanya bersamaan dalam satu kunjungan.
Karena musim Influenza di Indonesia terjadi sepanjang tahun — umumnya 2 gelombang setiap tahunnya — vaksinasi Influenza dapat dilakukan kapan saja. Jenis formulasi vaksin Influenza, SH dan NH yang diedarkan di Indonesia mengikuti rekomendasi WHO dan sesuai pada musim yang berkaitan. Oleh karenanya, kamu bisa mendapatkan salah satu vaksin kapan saja setiap tahun.
Vaksinasi Influenza setiap tahun memberikan perlindungan terhadap empat jenis virus influenza yang diperkirakan paling umum beredar.
Jika kamu memiliki alergi terhadap kuning telur, kamu masih bisa mendapatkan vaksin flu dengan perhatian khusus.
Mengendalikan Penyebaran Infeksi
Tidak ada metode pencegahan tunggal yang 100% efektif, termasuk vaksinasi, jadi penting juga untuk menerapkan beberapa langkah berikut untuk mengurangi penyebaran infeksi, termasuk:
- Cuci tangan
Sering mencuci tangan dengan sabun dan air setidaknya selama 20 detik menggunakan 6 langkah cuci tangan adalah cara yang efektif untuk mencegah banyak infeksi umum. Apabila air dan sabun tidak tersedia, gunakan pembersih tangan baik yang dengan bahan dasar alkohol maupun non-alkohol. - Hindari menyentuh wajah
Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut. - Tutupi batuk dan bersin
Batuk atau bersin ke tisu atau bagian dalam siku. Lalu cuci tangan dengan menerapkan 6 langkah cuci tangan dengan sabun. - Bersihkan permukaan
Bersihkan permukaan yang sering disentuh secara teratur untuk mencegah penyebaran infeksi dari menyentuh permukaan dengan virus di atasnya dan kemudian wajah. - Hindari keramaian
Flu menyebar dengan mudah di mana pun orang berkumpul — di pusat penitipan anak, sekolah, gedung perkantoran, auditorium, dan transportasi umum. Dengan menghindari keramaian selama puncak musim flu, kamu bisa mengurangi kemungkinan penyebaran infeksi.
Hindari juga siapa saja yang sedang sakit. Dan jika kamu sedang sakit, tetaplah di rumah setidaknya selama 24 jam setelah demam hilang sehingga kamu juga bisa mengurangi kemungkinan menulari orang lain.