Batuk rejan, juga dikenal sebagai Pertussis, adalah infeksi saluran pernapasan sangat menular yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Infeksi Pertussis menyebabkan apa yang dikenal sebagai Batuk 100 Hari yang sebagian besar menyerang bayi dan balita. Organisme ini sangat menular, menyebar melalui tetesan aerosol yang dihasilkan saat batuk.
Pertusis merupakan penyakit serius dengan angka kesakitan dan kematian yang sangat tinggi. Di seluruh dunia, terdapat lebih dari 24 juta kasus setiap tahunnya, dengan lebih dari 160.000 kematian. Vaksinasi Pertussis merupakan cara paling efektif untuk mencegah Penyakit Batuk Rejan.
Sekilas tentang Pertussis (Batuk Rejan)
Pertusis (batuk rejan) adalah infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh Bordetella pertussis. Semua umur rentan terhadap infeksi pertussis, namun angka kesakitan dan kematian tertinggi terjadi pada bayi di bawah usia 5 tahun. Di era sebelum vaksin, hampir semua anak tertular. Pertusis sangat berbahaya pada bayi muda, yang menyebabkan hampir semua rawat inap dan kematian, namun penyakit klinis ini memberatkan pada semua usia.
Pertusis klasik adalah penyakit batuk yang dapat berlangsung selama berminggu-minggu dan ditandai dengan batuk berulang-ulang yang berakhir dengan suara “whoop” yang terengah-engah. Catatan sejarah yang menggambarkan penyakit mirip pertusis sudah ada sejak sekitar 1000 tahun yang lalu, dan analisis genetik menunjukkan bahwa bakteri tersebut telah dikaitkan dengan manusia selama jutaan tahun.
Pertusis merupakan penyakit endemik di seluruh dunia, dengan puncak epidemi setiap 2–5 tahun, dan sangat menular. Hingga 90% kontak serumah dan 50% hingga 80% kontak di ruang sekolah akan terinfeksi setelah terpapar.
Pertusis biasanya dimulai seperti infeksi saluran pernapasan atas ringan. Batuk sesekali berkembang dalam 1 atau 2 minggu menjadi paroksismal, frekuensi dan tingkat keparahannya meningkat sebelum mereda secara bertahap dalam jangka waktu beberapa minggu atau lebih.
Paroxysms (kekambuhan atau serangan penyakit secara tiba-tiba; gejala yang memburuk secara tiba-tiba) ditandai dengan serangkaian batuk cepat tanpa menarik napas, diikuti dengan suara teriakan yang khas, upaya putus asa untuk menarik napas melalui glotis yang bengkak.
Selama paroxysm, pasien mungkin menjadi sianotik dan muntah-muntah dapat terjadi setelah paroxysm. Beberapa paroxysms dapat terjadi berturut-turut dalam beberapa menit, menyebabkan pasien kelelahan. Paroxysms dapat disebabkan oleh rangsangan seperti makan, tertawa, atau menangis, dan biasanya lebih buruk pada malam hari.
Di antara paroxysms, pasien tampak normal. Pertusis biasanya tidak berhubungan dengan demam, namun berhubungan dengan limfositosis, terutama pada bayi dan anak kecil. Ketika penyakitnya sembuh, batuk nonparoksismal dapat bertahan selama berminggu-minggu dan infeksi virus yang terjadi bersamaan dapat memicu kambuhnya paroksismal.
Komplikasi neurologis pertusis juga dilaporkan. Batuk paroksismal dan hipoksia terkait dapat menyebabkan ensefalopati akut dan/atau perdarahan intrakranial. Sekitar sepertiga anak-anak penderita ensefalopati pertusis meninggal selama penyakit akut, dan sepertiga lainnya bertahan hidup dengan kerusakan otak permanen. Penyebab ensefalopati terkait pertusis masih belum jelas; kemungkinannya termasuk anoksia akibat batuk paroksismal, hipoglikemia, gangguan metabolik, perdarahan intrakranial, atau efek toksik langsung.
Kenapa anak saya memerlukan Vaksin Pertusis?
- Vaksin Pertusis membantu melindungi anak Anda dari infeksi Pertusis, penyakit yang berpotensi serius dan bahkan mematikan. Diberikan bersama vaksin tetanus dan vaksin difteri, atau seringkali sebagai vaksin kombinasi heksavalent (6 jenis) DTaP-HiB-HepB-IPV.
- Vaksin Pertusis mencegah penyakit Batuk Rejan berupa batuk dan gangguan pernapasan akut yang ditandai batuk yang terus menerus dengan suara "whoop" dan terengah-engah.
- Vaksin Pertusis melindungi bayi baru lahir (neonatus) Anda di usia awal kehidupan dimana ia paling rentan terhadap penyakit menular.
- Menghindari anak Anda kehilangan waktu bersekolah dan waktu bekerja Anda sebagai orang tua.
Kapan anak sebaiknya mendapatkan vaksinasi Batuk Rejan?
Anak Anda akan membutuhkan 3 (tiga) dosis vaksinasi Pertusis dasar dan 3 (tiga) dosis vaksinasi Pertusis lanjutan atau booster untuk perlindungan terbaik. Satu dosis vaksin Pertusis pada masing-masing usia berikut:
- Vaksinasi Dasar / Primer:
- Usia 2 bulan dengan DTaP
- Usia 3 bulan dengan DTaP
- Usia 4 bulan dengan DTaP
- Vaksinasi Lanjutan / Booster:
- Usia 15 - 18 bulan dengan DTaP.
- Usia 4 - 6 tahun dengan DTaP.
- Usia 10 - 12 tahun dengan TdaP.
Bagaimana rekomendasi pemberian vaksin Batuk Rejan untuk orang dewasa?
Semua orang dewasa yang belum pernah menerima Vaksinasi Batuk Rejan atau tidak up-to-date harus mendapatkan suntikan TdaP. Vaksin ini dapat diberikan kapan saja, terlepas dari kapan terakhir kali mereka mendapat vaksin Td. Vaksinasi Pertusis dengan vaksin TdaP harus diulang setiap 10 tahun sekali.
Bagaimana rekomendasi vaksinasi Pertusis untuk wanita hamil?
Wanita harus mendapatkan vaksinasi Batuk Rejan dengan vaksin TdaP pada awal trimester ke-3 setiap kehamilan. Dengan melakukan vaksinasi Pertusis, ia membantu melindungi bayinya dari batuk rejan dan difteri dalam beberapa bulan pertama kehidupannya, serta mencegah Tetanus Neonatorum.
Bagaimana Reaksi Pasca Imunisasi setelah Vaksinasi Pertusis?
Sebagian besar orang tidak memiliki efek samping dari vaksinasi Pertusis, baik menggunakan vaksin Pertusis anak (DTaP) atau vaksin Pertusis dewasa (TdaP). Efek samping pada vaksinasi Pertusis yang terjadi biasanya ringan, dan mungkin termasuk:
- Kemerahan, bengkak, atau nyeri di mana suntikan diberikan
- Demam
- Muntah
Efek samping yang lebih berat pada vaksinasi pertusis sangat jarang terjadi, tetapi pada vaksinasi DTaP dapat mencakup:
- Demam lebih dari 40°C
- Menangis
- Renjatan otot
Beberapa pra-remaja dan remaja mungkin mengalami pingsan setelah mendapatkan vaksinasi apapun yang umumnya dikaitkan dengan fenomena fobia jarum.
Jangan tunggu kebobolan, raih kendali kesehatanmu sekarang!
Vaksinasi merupakan cara paling efektif untuk mencegah kamu dari infeksi Batuk Rejan / Pertusis serta komplikasinya.
Frequently Asked Questions
FAQ Vaksinasi Umum
- Apakah ada pantangan setelah vaksinasi?
Berikut beberapa hal yang bisa dihindari atau dikurangi setelah melakukan vaksinasi untuk membantu pembentukan imunitas pasca-vaksinasi yang lebih optimal:
- Alkohol dan Tembakau: Merokok dan konsumsi alkohol diketahui dapat mengganggu aktivasi kekebalan bawaan (innate immunity) dan kekebalan didapat (acquired immunity) — Pasala et al., 2015; Qiu et al., 2017 — dan dengan demikian dapat menekan produksi antibodi yang diinduksi oleh vaksin.
Penelitian Yamamoto S et al., 2022 di Jepang tahun 2022 yang mengkaji efek rokok tembakau konvensional, produk tembakau yang dipanaskan, dan minuman beralkohol terhadap kadar antibodi pasca-vaksinasi Vaksinasi SARS-CoV-2 konsisten menggambarkan pembentukan kadar antibodi yang lebih rendah seiring dengan dosis tembakau dan alkohol yang lebih tinggi.
Minuman beralkohol dan tembakau juga diduga dapat meningkatkan efek samping vaksin yang membuat pengalaman vaksinasi Anda menjadi lebih menegangkan dan tidak menyenangkan. - Aktivitas Berat: Olahraga bukan merupakan pantangan setelah vaksinasi, dan justru memperbaiki sirkulasi yang dapat membantu mengurangi efek samping. Sebagian besar orang tidak mengalami reaksi apapun yang membatasi kegiatan sehari-hari seperti bekerja, mengemudi, dsb. Akan tetapi, penting untuk tetap menjaga mindfulness terhadap apa yang sedang disampaikan oleh tubuhmu.
Apabila Anda merasakan lemas atau letih, jangan dipaksa olahrga yang terlalu berat. Apabila Anda merasa mengantuk, hindari aktivitas yang membutuhkan konsentrasi tinggi seperti mengemudi, mengoperasikan alat berat, atau kegiatan lain yang sekiranya dapat membahayakan dirimu dan atau orang lain.
Reaksi-reaksi pasca-vaksinasi, meski bisa berbeda-beda intensitasnya pada setiap orang, merupakan hal yang wajar karena tubuhmu sedang belajar dan proses tersebut memerlukan energi. - Steroid dan Pengencer Darah: Konsultasikan dengan dokter Anda sebelum vaksinasi jika Anda mengonsumsi steroid atau pengencer darah. Orang yang menggunakan steroid dan pengencer darah umumnya akan disarankan untuk menghentikan pengobatan mereka selama dua hari sebelum dan dua hari setelah pemberian vaksin untuk mencegah efek samping.
- Alkohol dan Tembakau: Merokok dan konsumsi alkohol diketahui dapat mengganggu aktivasi kekebalan bawaan (innate immunity) dan kekebalan didapat (acquired immunity) — Pasala et al., 2015; Qiu et al., 2017 — dan dengan demikian dapat menekan produksi antibodi yang diinduksi oleh vaksin.
- Saya sedang mengonsumsi antibiotik, vaksinasinya saya tunda saja ya.
Pengobatan dengan antibiotik bukan alasan yang sah untuk menunda vaksinasi. Jika seorang anak atau orang dewasa itu sehat, atau hanya sakit ringan, dan tanpa demam ≥ 38°C, vaksin dapat tetap diberikan. Tetapi jika orang tersebut memiliki penyakit akut sedang atau berat (terlepas dari penggunaan antibiotik), terutama apabila mengalami demam ≥ 38°C, pemberian vaksin dapat ditunda sampai kondisi orang tersebut membaik.
- Vaksinnya boleh dikirim saja kah? Saya bisa melakukan penyuntikan sendiri.
Vaksin pada dasarnya bukan merupakan produk farmasi bebas (OTC; over-the-counter) dan tidak dapat dijual bebas. Vaksin dan vaksinasi harus direkomendasikan oleh dan diberikan dalam pengawasan dokter terlatih (vaksinolog). Berikut beberapa alasan yang mendasarinya:
- Meski semua vaksin yang terlisensi sudah melewati penelitian dan pengujian klinis selama setidaknya 10-15 tahun sehingga keamanan dan efektivitasnya dapat diakui dan dipertanggungjawabkan, serta hampir semua orang bisa mendapatkan manfaat dari vaksinasi, namun ada beberapa kelompok populasi yang tidak bisa menerimanya. Vaksinolog Anda lah yang bertugas untuk menyingkirkan kemungkinan kontraindikasi tersebut melalui proses skrining, dan — meski kemungkinannya sangat kecil — memahami bagaimana cara merespon terhadap kejadian anafilaksis;
- Vaksin merupakan produk farmasi yang sangat sensitif suhu. Ada vaksin yang harus disimpan di suhu dingin (antara 2°C dan 8°C), di suhu beku (antara -50°C dan -15°C), dan suhu ultra beku (antara -90°C dan -60°C). Fasilitas kesehatan yang diperuntukkan khusus untuk pelayanan vaksinasi seperti Vaxcorp Indonesia lah yang menjamin bahwa kualitas vaksin yang Anda gunakan terjaga karena pengelolaan yang tepat dan sesuai standar.
- Apakah aman untuk saya mendapatkan dua atau lebih vaksin bersamaan?
Pemberian vaksin kombinasi dan vaksin gabungan pada anak, dewasa, dan pelaku perjalanan memiliki profil manfaat-risiko yang positif dan merupakan strategi yang efisien untuk menghemat biaya dan meningkatkan cakupan. Pemberian vaksinasi gabungan justru harus lebih sering direkomendasikan dan dipraktikkan; hal ini tidak akan membahayakan keselamatan dan kesehatan pasien, akan meningkatkan perlindungan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, dan akan membantu kepatuhan terhadap rekomendasi vaksinasi nasional.
Dengan beberapa pengecualian, pemberian vaksin hidup dan non-hidup yang paling banyak digunakan secara bersamaan telah menghasilkan tingkat serokonversi dan tingkat reaksi samping yang serupa dengan yang diamati ketika vaksin diberikan secara terpisah. Secara umum Anda dapat mengikuti aturan praktis (rule of thumb) di bawah ini ketika mempertimbangkan vaksinasi gabungan:
- Dua atau lebih vaksin non-hidup: dapat diberikan bersamaan atau dipisahkan dengan interval antar dosis sembarang.
- Vaksin Non-Hidup dan Vaksin Hidup: dapat diberikan bersamaan atau dipisahkan dengan interval antar dosis sembarang.
- Dua atau lebih vaksin hidup: interval minimum 28 hari, jika tidak diberikan secara bersamaan
Anda dapat mendiskusikan lebih lanjut mengenai keamanan pemberian vaksinasi gabungan yang Anda butuhkan.
- Apakah ada efek samping setelah vaksinasi?
Seperti produk farmasi apa pun, vaksin memiliki kemungkinan menyebabkan efek samping ringan, seperti demam ringan, nyeri atau kemerahan pada lokasi suntikan. Reaksi ringan ini akan hilang dengan sendirinya tanpa intervensi dalam beberapa hari.
Efek samping yang berat atau bertahan lama sangat jarang terjadi. Vaksin merupakan produk farmasi dengan pemantauan keamanan yang sangat ketat dan terus dikaji untuk mendeteksi efek samping yang jarang terjadi.
- Saya memiliki alergi terhadap Telur, apakah saya masih boleh menerima vaksin Influenza?
Panduannya tentang larangan mendapat vaksinasi influenza pada orang dengan alergi telur direvisi pada tahun 2018. Orang dengan riwayat alergi telur yang hanya mengalami urtikaria (gatal-gatal) setelah terpapar telur diperbolehkan menerima vaksin influenza. Setiap vaksin influenza yang direkomendasikan dan sesuai dengan status kesehatan mereka dapat digunakan.
Orang yang melaporkan memiliki reaksi terhadap telur yang melibatkan gejala selain urtikaria (gatal-gatal), seperti angioedema atau pembengkakan, gangguan pernapasan, sakit kepala ringan, atau muntah berulang, atau yang memerlukan epinefrin atau intervensi medis darurat lainnya, juga diperbolehkan untuk menerima vaksin influenza yang sesuai dengan usia dan status kesehatan mereka.Riwayat reaksi alergi berat terhadap vaksin influenza, terlepas dari komponen yang diduga bertanggung jawab atas reaksi tersebut, merupakan kontraindikasi untuk penerimaan vaksin di masa mendatang.
- Apakah perlu melakukan tes kehamilan secara rutin sebelum memberikan vaksinasi kepada wanita usia subur (WUS)?
Secara umum pemeriksaan kehamilan sebelum vaksinasi tidak direkomendasikan secara rutin. Namun, skrining tentang adanya kemungkinan hamil pada pasien wanita usia subur penting untuk dilakukan sebelum pemberian vaksin apa pun yang memiliki kontraindikasi kehamilan. Jawaban pasien harus didokumentasikan oleh dokter dan ditandatangani oleh pasien dalam rekam medis.
Jika pasien menjawab bahwa mereka yakin tidak ada kemungkinan hamil, misalkan pasien sedang dalam masa menstruasi, maka tes kehamilan tidak perlu dilakukan. Namun, apabila pasien tidak yakin, tes harus dilakukan sebelum memberikan vaksin yang tidak direkomendasikan atau dikontraindikasikan pada kehamilan.
- Berapa lama seseorang wanita usia subur (WUS) harus menghindari kehamilan setelah menerima vaksin hidup yang dilemahkan?
Karena risiko teoretis pada janin yang sedang berkembang, kami merekomendasikan agar kehamilan dihindari selama empat minggu setelah menerima vaksin hidup yang dilemahkan (contoh: MMR, Varicella, Yellow Fever). Interval ini mungkin lebih pendek dari yang direkomendasikan oleh produsen.