Rubella, atau Campak Jerman, adalah infeksi virus ringan yang biasanya terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang tidak memiliki imunitas. Biasanya dimulai dengan demam ringan, malaise, dan limfadenopati, diikuti dengan ruam makulopapular eritematosa umum yang singkat.
Namun, infeksi rubella pada ibu, terutama pada 10 minggu pertama kehamilan, dapat mengakibatkan keguguran, kematian janin, atau cacat lahir parah yang dikenal sebagai sindrom rubella kongenital (CRS). Vaksinasi Rubella merupakan metode paling efektif untuk mencegah infeksi Rubella.
Sekilas tentang Rubella (Campak Jerman)
Virus Rubella adalah virus RNA beruntai tunggal yang menyebabkan penyakit ruam Campak Jerman. Rubella menyerang kedua jenis kelamin secara merata pada anak-anak, sedangkan pada orang dewasa, rubella lebih banyak menyerang wanita dibandingkan pria. Pada era sebelum vaksinasi, puncak kejadian rubella terjadi pada anak usia 5 hingga 9 tahun. Setelah diperkenalkannya vaksin virus hidup Rubella, wabah ini lebih sering terjadi pada remaja dan dewasa muda.
Manusia adalah satu-satunya reservoir rubella yang diketahui. Virus ini ditularkan melalui kontak orang ke orang melalui partikel aerosol dari sekresi saluran pernapasan orang yang terkena dampak.
Setelah menginfeksi sel inang yang rentan, virus bereplikasi di sel nasofaring dan kemudian menyebar ke jaringan limfoid regional nasofaring dan saluran pernapasan bagian atas. Proses ini diikuti oleh fase viremik, yang ditandai dengan penyebaran virus secara hematogen ke banyak organ, dan biasanya terjadi 5 hingga 7 hari setelah inokulasi.
Eksantema muncul kira-kira 2 sampai 8 hari setelah timbulnya viremia dan hilang 3 hari kemudian seiring dengan berkembangnya respon imun humoral. Seseorang yang terinfeksi menularkan penyakitnya dari 8 hari sebelum hingga 8 hari setelah timbulnya ruam.
Kekebalan yang diperoleh setelah sembuh dari infeksi alami atau melalui vaksinasi bersifat seumur hidup; namun, infeksi ulang telah dilaporkan setelah infeksi rubella tipe liar dan pada individu yang hanya menerima satu dosis vaksin rubella.
Pada sindrom rubella kongenital (Congenital Rubella Syndrome; CRS), infeksi janin terjadi secara transplasenta selama fase viremik ibu.[1] Risiko penularan ke janin bergantung pada waktu ibu terinfeksi; bila infeksi rubella terjadi sebelum usia kehamilan 10 minggu, penyakit ini dapat menyebabkan banyak cacat janin pada hingga 90% kasus. Risiko cacat bawaan menurun seiring dengan infeksi pada usia kehamilan lanjut.
Kenapa anak saya memerlukan Vaksin Rubella?
- Vaksin Rubella melindungi anak Anda dari infeksi rubela (campak jerman) yang sangat mudah menular terutama pada anak-anak di sekolah, tempat penitipan anak, dan taman bermain anak.
- Vaksin Rubella mencegah anak Anda menularkan virus rubella ke perempuan hamil. Paparan virus rubella pada perempuan hamil dapat mengakibatkan kematian janin (stillbirth) maupun cacat lahir, yang meliputi:
- cacat jantung
- ketulian dan kebutaan
- disabilitas perkembangan intelektual dan kognitif
- kerusakan limpa dan hati
- Vaksin Rubella mengurangi risiko penyakit yang dapat menyebabkan anak Anda tertinggal di sekolah, dan Anda tidak perlu absen dari pekerjaan.
Kapan anak sebaiknya mendapatkan vaksinasi Rubella?
Anak Anda akan membutuhkan 2 (dua) dosis vaksinasi Rubella dasar dengan pemberian vaksin MR atau vaksin MMR untuk perlindungan terbaik. Satu dosis vaksinasi Rubella dengan vaksin MMR diberikan pada masing-masing usia berikut:
- Menggunakan Vaksin MR:
- Dosis Pertama pada usia 9 bulan
- Dosis Kedua pada usia 15-18 bulan
- Dosis Ketiga pada usia 5-7 tahun
- Menggunakan Vaksin MMR:
- Dosis Pertama di usia 12-15 bulan.
- Dosis Kedua pada usia 5-7 tahun.
Bagaimana rekomendasi pemberian vaksin Rubella untuk orang dewasa?
Orang dewasa yang hanya mendapat satu dosis vaksin MMR harus mendapatkan vaksin MMR kedua untuk melengkapi imunisasinya. Orang dewasa yang tidak memiliki bukti imunitas harus mendapatkan vaksin MMR lengkap.
Orang dewasa tertentu mungkin memerlukan 2 dosis. Orang dewasa yang akan berada di lingkungan yang berisiko tinggi penularan Rubella (Campak Jerman) harus memastikan bahwa mereka telah mendapat dua dosis vaksinasi Rubella dengan vaksin MMR dengan interval antar dosis setidaknya 28 hari. Orang dewasa ini termasuk:
- pelajar di lembaga pendidikan pasca sekolah menengah atas (SMA)
- petugas kesehatan
- pelaku perjalanan internasional
Bagaimana rekomendasi vaksinasi Pertusis untuk wanita hamil?
Wanita harus melengkapi vaksinasi Rubella dengan vaksin MMR sebagai bagian dari rancangan program vaksinasi pranikah. Vaksin MMR merupakan vaksin hidup yang dilemahkan, dan oleh karenanya kontraindikasi untuk diberikan pada saat kehamilan. Vaksinasi MMR harus diberikan jarak setidaknya 1 bulan dari pemberian dosis kedua untuk memulai program kehamilan.
Apa perbedaan Vaksin MR dan Vaksin MMR?
Vaksin MR diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Measles (campak) dan virus Rubella (campak jerman). Sementara vaksin MMR juga digunakan untuk mencegah kedua penyakit tersebut, namun juga dilengkapi dengan vaksin terhadap infeksi virus Mumps (gondongan).
Pada anak yang memperoleh imunisasi menggunakan vaksin MR, maka vaksinasi dilakukan sebanyak tiga kali di usia 9 bulan, 15-18 bulan, dan 5-7 tahun. Apabila menggunakan vaksin MMR, vaksinasi hanya dilakukan dua kali di usia 12-15 bulan dan 5-7 tahun. Daya proteksi untuk masing-masing penyakit setara untuk kedua jenis vaksin.
Bagaimana Reaksi Pasca Imunisasi setelah Vaksinasi Rubella?
Vaksinasi rubella dengan Vaksin MMR sangat aman dan efektif mencegah penyakit dan komplikasi terkait infeksi campak jerman. Vaksin, seperti produk farmasi apa pun, dapat mencetuskan reaksi pasca imunisasi. Ketika terjadi, reaksi pasca vaksinasi rubella umumnya ringan dan akan membaik tanpa intervensi khusus.
Sebagian besar anak yang diberikan vaksin rubella tidak mengalami reaksi apapun, namun reaksi yang paling umum terjadi biasanya ringan dan akan membaik sendiri dalam 1 atau 2 hari, termasuk:
- Nyeri, kemerahan, dan bengkak pada lokasi penyuntikan
- Ruam pada lokasi penyuntikan
- Demam ringan
- Nyeri sendi
Jangan tunggu kebobolan, raih kendali kesehatanmu sekarang!
Vaksinasi merupakan cara paling efektif untuk mencegah kamu dari infeksi Rubella / Campak Jerman serta komplikasinya.
Frequently Asked Questions
FAQ Vaksinasi Umum
- Apakah ada pantangan setelah vaksinasi?
Berikut beberapa hal yang bisa dihindari atau dikurangi setelah melakukan vaksinasi untuk membantu pembentukan imunitas pasca-vaksinasi yang lebih optimal:
- Alkohol dan Tembakau: Merokok dan konsumsi alkohol diketahui dapat mengganggu aktivasi kekebalan bawaan (innate immunity) dan kekebalan didapat (acquired immunity) — Pasala et al., 2015; Qiu et al., 2017 — dan dengan demikian dapat menekan produksi antibodi yang diinduksi oleh vaksin.
Penelitian Yamamoto S et al., 2022 di Jepang tahun 2022 yang mengkaji efek rokok tembakau konvensional, produk tembakau yang dipanaskan, dan minuman beralkohol terhadap kadar antibodi pasca-vaksinasi Vaksinasi SARS-CoV-2 konsisten menggambarkan pembentukan kadar antibodi yang lebih rendah seiring dengan dosis tembakau dan alkohol yang lebih tinggi.
Minuman beralkohol dan tembakau juga diduga dapat meningkatkan efek samping vaksin yang membuat pengalaman vaksinasi Anda menjadi lebih menegangkan dan tidak menyenangkan. - Aktivitas Berat: Olahraga bukan merupakan pantangan setelah vaksinasi, dan justru memperbaiki sirkulasi yang dapat membantu mengurangi efek samping. Sebagian besar orang tidak mengalami reaksi apapun yang membatasi kegiatan sehari-hari seperti bekerja, mengemudi, dsb. Akan tetapi, penting untuk tetap menjaga mindfulness terhadap apa yang sedang disampaikan oleh tubuhmu.
Apabila Anda merasakan lemas atau letih, jangan dipaksa olahrga yang terlalu berat. Apabila Anda merasa mengantuk, hindari aktivitas yang membutuhkan konsentrasi tinggi seperti mengemudi, mengoperasikan alat berat, atau kegiatan lain yang sekiranya dapat membahayakan dirimu dan atau orang lain.
Reaksi-reaksi pasca-vaksinasi, meski bisa berbeda-beda intensitasnya pada setiap orang, merupakan hal yang wajar karena tubuhmu sedang belajar dan proses tersebut memerlukan energi. - Steroid dan Pengencer Darah: Konsultasikan dengan dokter Anda sebelum vaksinasi jika Anda mengonsumsi steroid atau pengencer darah. Orang yang menggunakan steroid dan pengencer darah umumnya akan disarankan untuk menghentikan pengobatan mereka selama dua hari sebelum dan dua hari setelah pemberian vaksin untuk mencegah efek samping.
- Alkohol dan Tembakau: Merokok dan konsumsi alkohol diketahui dapat mengganggu aktivasi kekebalan bawaan (innate immunity) dan kekebalan didapat (acquired immunity) — Pasala et al., 2015; Qiu et al., 2017 — dan dengan demikian dapat menekan produksi antibodi yang diinduksi oleh vaksin.
- Saya sedang mengonsumsi antibiotik, vaksinasinya saya tunda saja ya.
Pengobatan dengan antibiotik bukan alasan yang sah untuk menunda vaksinasi. Jika seorang anak atau orang dewasa itu sehat, atau hanya sakit ringan, dan tanpa demam ≥ 38°C, vaksin dapat tetap diberikan. Tetapi jika orang tersebut memiliki penyakit akut sedang atau berat (terlepas dari penggunaan antibiotik), terutama apabila mengalami demam ≥ 38°C, pemberian vaksin dapat ditunda sampai kondisi orang tersebut membaik.
- Vaksinnya boleh dikirim saja kah? Saya bisa melakukan penyuntikan sendiri.
Vaksin pada dasarnya bukan merupakan produk farmasi bebas (OTC; over-the-counter) dan tidak dapat dijual bebas. Vaksin dan vaksinasi harus direkomendasikan oleh dan diberikan dalam pengawasan dokter terlatih (vaksinolog). Berikut beberapa alasan yang mendasarinya:
- Meski semua vaksin yang terlisensi sudah melewati penelitian dan pengujian klinis selama setidaknya 10-15 tahun sehingga keamanan dan efektivitasnya dapat diakui dan dipertanggungjawabkan, serta hampir semua orang bisa mendapatkan manfaat dari vaksinasi, namun ada beberapa kelompok populasi yang tidak bisa menerimanya. Vaksinolog Anda lah yang bertugas untuk menyingkirkan kemungkinan kontraindikasi tersebut melalui proses skrining, dan — meski kemungkinannya sangat kecil — memahami bagaimana cara merespon terhadap kejadian anafilaksis;
- Vaksin merupakan produk farmasi yang sangat sensitif suhu. Ada vaksin yang harus disimpan di suhu dingin (antara 2°C dan 8°C), di suhu beku (antara -50°C dan -15°C), dan suhu ultra beku (antara -90°C dan -60°C). Fasilitas kesehatan yang diperuntukkan khusus untuk pelayanan vaksinasi seperti Vaxcorp Indonesia lah yang menjamin bahwa kualitas vaksin yang Anda gunakan terjaga karena pengelolaan yang tepat dan sesuai standar.
- Apakah aman untuk saya mendapatkan dua atau lebih vaksin bersamaan?
Pemberian vaksin kombinasi dan vaksin gabungan pada anak, dewasa, dan pelaku perjalanan memiliki profil manfaat-risiko yang positif dan merupakan strategi yang efisien untuk menghemat biaya dan meningkatkan cakupan. Pemberian vaksinasi gabungan justru harus lebih sering direkomendasikan dan dipraktikkan; hal ini tidak akan membahayakan keselamatan dan kesehatan pasien, akan meningkatkan perlindungan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, dan akan membantu kepatuhan terhadap rekomendasi vaksinasi nasional.
Dengan beberapa pengecualian, pemberian vaksin hidup dan non-hidup yang paling banyak digunakan secara bersamaan telah menghasilkan tingkat serokonversi dan tingkat reaksi samping yang serupa dengan yang diamati ketika vaksin diberikan secara terpisah. Secara umum Anda dapat mengikuti aturan praktis (rule of thumb) di bawah ini ketika mempertimbangkan vaksinasi gabungan:
- Dua atau lebih vaksin non-hidup: dapat diberikan bersamaan atau dipisahkan dengan interval antar dosis sembarang.
- Vaksin Non-Hidup dan Vaksin Hidup: dapat diberikan bersamaan atau dipisahkan dengan interval antar dosis sembarang.
- Dua atau lebih vaksin hidup: interval minimum 28 hari, jika tidak diberikan secara bersamaan
Anda dapat mendiskusikan lebih lanjut mengenai keamanan pemberian vaksinasi gabungan yang Anda butuhkan.
- Apakah ada efek samping setelah vaksinasi?
Seperti produk farmasi apa pun, vaksin memiliki kemungkinan menyebabkan efek samping ringan, seperti demam ringan, nyeri atau kemerahan pada lokasi suntikan. Reaksi ringan ini akan hilang dengan sendirinya tanpa intervensi dalam beberapa hari.
Efek samping yang berat atau bertahan lama sangat jarang terjadi. Vaksin merupakan produk farmasi dengan pemantauan keamanan yang sangat ketat dan terus dikaji untuk mendeteksi efek samping yang jarang terjadi.
- Saya memiliki alergi terhadap Telur, apakah saya masih boleh menerima vaksin Influenza?
Panduannya tentang larangan mendapat vaksinasi influenza pada orang dengan alergi telur direvisi pada tahun 2018. Orang dengan riwayat alergi telur yang hanya mengalami urtikaria (gatal-gatal) setelah terpapar telur diperbolehkan menerima vaksin influenza. Setiap vaksin influenza yang direkomendasikan dan sesuai dengan status kesehatan mereka dapat digunakan.
Orang yang melaporkan memiliki reaksi terhadap telur yang melibatkan gejala selain urtikaria (gatal-gatal), seperti angioedema atau pembengkakan, gangguan pernapasan, sakit kepala ringan, atau muntah berulang, atau yang memerlukan epinefrin atau intervensi medis darurat lainnya, juga diperbolehkan untuk menerima vaksin influenza yang sesuai dengan usia dan status kesehatan mereka.Riwayat reaksi alergi berat terhadap vaksin influenza, terlepas dari komponen yang diduga bertanggung jawab atas reaksi tersebut, merupakan kontraindikasi untuk penerimaan vaksin di masa mendatang.
- Apakah perlu melakukan tes kehamilan secara rutin sebelum memberikan vaksinasi kepada wanita usia subur (WUS)?
Secara umum pemeriksaan kehamilan sebelum vaksinasi tidak direkomendasikan secara rutin. Namun, skrining tentang adanya kemungkinan hamil pada pasien wanita usia subur penting untuk dilakukan sebelum pemberian vaksin apa pun yang memiliki kontraindikasi kehamilan. Jawaban pasien harus didokumentasikan oleh dokter dan ditandatangani oleh pasien dalam rekam medis.
Jika pasien menjawab bahwa mereka yakin tidak ada kemungkinan hamil, misalkan pasien sedang dalam masa menstruasi, maka tes kehamilan tidak perlu dilakukan. Namun, apabila pasien tidak yakin, tes harus dilakukan sebelum memberikan vaksin yang tidak direkomendasikan atau dikontraindikasikan pada kehamilan.
- Berapa lama seseorang wanita usia subur (WUS) harus menghindari kehamilan setelah menerima vaksin hidup yang dilemahkan?
Karena risiko teoretis pada janin yang sedang berkembang, kami merekomendasikan agar kehamilan dihindari selama empat minggu setelah menerima vaksin hidup yang dilemahkan (contoh: MMR, Varicella, Yellow Fever). Interval ini mungkin lebih pendek dari yang direkomendasikan oleh produsen.