Tetanus adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh spora bakteri Clostridium tetani. Tetanus didapat melalui infeksi pada sayatan atau luka dengan spora bakteri Clostridium tetani, dan sebagian besar kasus terjadi dalam waktu 14 hari setelah infeksi. Tetanus tidak dapat menular dari orang ke orang.
Orang yang sembuh dari tetanus tidak memiliki kekebalan alami dan dapat tertular kembali. Tetanus dapat dicegah melalui imunisasi dengan vaksin yang mengandung tetanus-toksoid (tetanus-toxoid-containing vaccines; TTCV).
Sekilas tentang Tetanus
Tetanus adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh spora bakteri Clostridium tetani. Spora ini terdapat dimana-mana di lingkungan, terutama di tanah, abu, saluran usus/kotoran hewan dan manusia, serta pada permukaan kulit dan alat-alat yang berkarat seperti paku, jarum, kawat berduri, dan lain-lain. Sangat tahan terhadap panas dan sebagian besar antiseptik, spora dapat bertahan bertahun-tahun.
Siapa pun dapat tertular tetanus, namun penyakit ini umum terjadi dan serius pada bayi baru lahir dan wanita hamil yang belum mendapat cukup imunisasi dengan vaksin yang mengandung tetanus-toksoid. Tetanus pada masa kehamilan atau dalam waktu 6 minggu setelah akhir kehamilan disebut tetanus ibu, dan tetanus dalam 28 hari pertama kehidupan disebut tetanus neonatal.
Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting di banyak belahan dunia, terutama di negara atau wilayah berpendapatan rendah, dimana cakupan imunisasi masih rendah dan praktek kelahiran tidak bersih merupakan hal yang umum.
Tetanus neonatorum terjadi ketika instrumen yang tidak steril digunakan untuk memotong tali pusat atau ketika bahan yang terkontaminasi digunakan untuk menutupi tunggul pusar. Persalinan yang dilakukan oleh orang dengan tangan yang tidak bersih atau dengan permukaan yang terkontaminasi juga merupakan faktor risiko.
Penyakit ini didiagnosis dengan menanyakan riwayat luka, goresan, tusukan, dan trauma terkini, serta memeriksa tanda dan gejala tertentu pada seseorang. Tidak ada tes laboratorium yang dapat mengonfirmasi tetanus.
Kenapa anak saya memerlukan Vaksin Tetanus?
- Vaksin Tetanus membantu melindungi anak Anda dari tetanus, penyakit yang berpotensi serius dan bahkan mematikan. Diberikan bersama vaksin difteri dan vaksin pertusis, atau seringkali sebagai vaksin kombinasi heksavalent (6 jenis) DTaP-HiB-HepB-IPV.
- Vaksin Tetanus mencegah penyakit tetanus berupa gangguan neurologis akut yang ditandai oleh kekakuan akibat peningkatan tonus dan spasme otot.
- Vaksin Tetanus melindungi bayi baru lahir (neonatus) Anda di usia awal kehidupan dimana ia paling rentan terhadap penyakit menular.
- Menghindari anak Anda kehilangan waktu bersekolah dan waktu bekerja Anda sebagai orang tua.
Kapan anak sebaiknya mendapatkan vaksinasi Tetanus?
Anak Anda akan membutuhkan 3 (tiga) dosis vaksinasi Tetanus dasar dan 3 (tiga) dosis vaksinasi Tetanus lanjutan atau booster untuk perlindungan terbaik. Satu dosis vaksin Tetanus pada masing-masing usia berikut:
- Vaksinasi Dasar / Primer:
- Usia 2 bulan dengan DTaP
- Usia 3 bulan dengan DTaP
- Usia 4 bulan dengan DTaP
- Vaksinasi Lanjutan / Booster:
- Usia 15 - 18 bulan dengan DTaP.
- Usia 4 - 6 tahun dengan DTaP.
- Usia 10 - 12 tahun dengan TdaP.
Bagaimana rekomendasi pemberian vaksin Tetanus untuk orang dewasa?
Semua orang dewasa yang belum pernah menerima vaksin Tetanus atau tidak up-to-date harus mendapatkan vaksinasi Tetanus dengan suntikan TdaP. Vaksin Tetanus ini dapat diberikan kapan saja, terlepas dari kapan terakhir kali mereka mendapat vaksin Td. Vaksinasi Tetanus dengan TdaP harus diulang setiap 10 tahun sekali.
Bagaimana rekomendasi vaksinasi Tetanus untuk wanita hamil
Wanita harus mendapatkan TdaP pada awal trimester ke-3 setiap kehamilan. Dengan melakukan hal ini, ia membantu melindungi bayinya dari batuk rejan dan difteri dalam beberapa bulan pertama kehidupannya, serta mencegah Tetanus Neonatorum.
Apa perbedaan Vaksin Tetanus dan Anti Tetanus Serum (ATS)??
Perbedaan utama antara tetanus toksoid (vaksin Tetanus ) dan tetanus imunoglobulin (sera / serum anti Tetanus) adalah bahwa toksoid tetanus merupakan vaksin yang mengandung tetanospasmin termodifikasi, yang mencetuskan imunitas aktif terhadap tetanus, sedangkan imunoglobulin tetanus adalah obat yang terutama mengandung antibodi IgG, yang memberikan kekebalan pasif terhadap tetanus.
Penggunaan antitoksin / serum anti tetanus memberikan perlindungan selama 1 sampai 3 minggu saja. Sedangkan vaksin tetanus memberikan kekebalan jangka panjang, lebih murah. Disarankan juga bahwa bersamaan dengan pemberian dosis profilaksis antitoksin tetanus, imunisasi aktif dengan vaksin Tetanus harus diberikan.
Bagaimana Reaksi Pasca Imunisasi setelah Vaksinasi Tetanus?
Sebagian besar orang tidak memiliki efek samping dari vaksin Tetanus, baik menggunakan vaksin Tetanus anak (DTaP) atau vaksin Tetanus dewasa (TdaP). Efek samping pada vaksinasi tetanus yang terjadi biasanya ringan, dan mungkin termasuk:
- Kemerahan, bengkak, atau nyeri di mana suntikan diberikan
- Demam
- Muntah
Efek samping yang lebih berat pada vaksinasi tetanus sangat jarang terjadi, tetapi pada vaksinasi DTaP dapat mencakup:
- Demam lebih dari 40°C
- Menangis
- Renjatan otot
Beberapa pra-remaja dan remaja mungkin mengalami pingsan setelah mendapatkan vaksinasi apapun yang umumnya dikaitkan dengan fenomena fobia jarum.
Jangan tunggu kebobolan, raih kendali kesehatanmu sekarang!
Vaksinasi merupakan cara paling efektif untuk mencegah kamu dari infeksi Tetanus serta komplikasinya.
Frequently Asked Questions
FAQ Vaksinasi Umum
- Apakah ada pantangan setelah vaksinasi?
Berikut beberapa hal yang bisa dihindari atau dikurangi setelah melakukan vaksinasi untuk membantu pembentukan imunitas pasca-vaksinasi yang lebih optimal:
- Alkohol dan Tembakau: Merokok dan konsumsi alkohol diketahui dapat mengganggu aktivasi kekebalan bawaan (innate immunity) dan kekebalan didapat (acquired immunity) — Pasala et al., 2015; Qiu et al., 2017 — dan dengan demikian dapat menekan produksi antibodi yang diinduksi oleh vaksin.
Penelitian Yamamoto S et al., 2022 di Jepang tahun 2022 yang mengkaji efek rokok tembakau konvensional, produk tembakau yang dipanaskan, dan minuman beralkohol terhadap kadar antibodi pasca-vaksinasi Vaksinasi SARS-CoV-2 konsisten menggambarkan pembentukan kadar antibodi yang lebih rendah seiring dengan dosis tembakau dan alkohol yang lebih tinggi.
Minuman beralkohol dan tembakau juga diduga dapat meningkatkan efek samping vaksin yang membuat pengalaman vaksinasi Anda menjadi lebih menegangkan dan tidak menyenangkan. - Aktivitas Berat: Olahraga bukan merupakan pantangan setelah vaksinasi, dan justru memperbaiki sirkulasi yang dapat membantu mengurangi efek samping. Sebagian besar orang tidak mengalami reaksi apapun yang membatasi kegiatan sehari-hari seperti bekerja, mengemudi, dsb. Akan tetapi, penting untuk tetap menjaga mindfulness terhadap apa yang sedang disampaikan oleh tubuhmu.
Apabila Anda merasakan lemas atau letih, jangan dipaksa olahrga yang terlalu berat. Apabila Anda merasa mengantuk, hindari aktivitas yang membutuhkan konsentrasi tinggi seperti mengemudi, mengoperasikan alat berat, atau kegiatan lain yang sekiranya dapat membahayakan dirimu dan atau orang lain.
Reaksi-reaksi pasca-vaksinasi, meski bisa berbeda-beda intensitasnya pada setiap orang, merupakan hal yang wajar karena tubuhmu sedang belajar dan proses tersebut memerlukan energi. - Steroid dan Pengencer Darah: Konsultasikan dengan dokter Anda sebelum vaksinasi jika Anda mengonsumsi steroid atau pengencer darah. Orang yang menggunakan steroid dan pengencer darah umumnya akan disarankan untuk menghentikan pengobatan mereka selama dua hari sebelum dan dua hari setelah pemberian vaksin untuk mencegah efek samping.
- Alkohol dan Tembakau: Merokok dan konsumsi alkohol diketahui dapat mengganggu aktivasi kekebalan bawaan (innate immunity) dan kekebalan didapat (acquired immunity) — Pasala et al., 2015; Qiu et al., 2017 — dan dengan demikian dapat menekan produksi antibodi yang diinduksi oleh vaksin.
- Saya sedang mengonsumsi antibiotik, vaksinasinya saya tunda saja ya.
Pengobatan dengan antibiotik bukan alasan yang sah untuk menunda vaksinasi. Jika seorang anak atau orang dewasa itu sehat, atau hanya sakit ringan, dan tanpa demam ≥ 38°C, vaksin dapat tetap diberikan. Tetapi jika orang tersebut memiliki penyakit akut sedang atau berat (terlepas dari penggunaan antibiotik), terutama apabila mengalami demam ≥ 38°C, pemberian vaksin dapat ditunda sampai kondisi orang tersebut membaik.
- Vaksinnya boleh dikirim saja kah? Saya bisa melakukan penyuntikan sendiri.
Vaksin pada dasarnya bukan merupakan produk farmasi bebas (OTC; over-the-counter) dan tidak dapat dijual bebas. Vaksin dan vaksinasi harus direkomendasikan oleh dan diberikan dalam pengawasan dokter terlatih (vaksinolog). Berikut beberapa alasan yang mendasarinya:
- Meski semua vaksin yang terlisensi sudah melewati penelitian dan pengujian klinis selama setidaknya 10-15 tahun sehingga keamanan dan efektivitasnya dapat diakui dan dipertanggungjawabkan, serta hampir semua orang bisa mendapatkan manfaat dari vaksinasi, namun ada beberapa kelompok populasi yang tidak bisa menerimanya. Vaksinolog Anda lah yang bertugas untuk menyingkirkan kemungkinan kontraindikasi tersebut melalui proses skrining, dan — meski kemungkinannya sangat kecil — memahami bagaimana cara merespon terhadap kejadian anafilaksis;
- Vaksin merupakan produk farmasi yang sangat sensitif suhu. Ada vaksin yang harus disimpan di suhu dingin (antara 2°C dan 8°C), di suhu beku (antara -50°C dan -15°C), dan suhu ultra beku (antara -90°C dan -60°C). Fasilitas kesehatan yang diperuntukkan khusus untuk pelayanan vaksinasi seperti Vaxcorp Indonesia lah yang menjamin bahwa kualitas vaksin yang Anda gunakan terjaga karena pengelolaan yang tepat dan sesuai standar.
- Apakah aman untuk saya mendapatkan dua atau lebih vaksin bersamaan?
Pemberian vaksin kombinasi dan vaksin gabungan pada anak, dewasa, dan pelaku perjalanan memiliki profil manfaat-risiko yang positif dan merupakan strategi yang efisien untuk menghemat biaya dan meningkatkan cakupan. Pemberian vaksinasi gabungan justru harus lebih sering direkomendasikan dan dipraktikkan; hal ini tidak akan membahayakan keselamatan dan kesehatan pasien, akan meningkatkan perlindungan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, dan akan membantu kepatuhan terhadap rekomendasi vaksinasi nasional.
Dengan beberapa pengecualian, pemberian vaksin hidup dan non-hidup yang paling banyak digunakan secara bersamaan telah menghasilkan tingkat serokonversi dan tingkat reaksi samping yang serupa dengan yang diamati ketika vaksin diberikan secara terpisah. Secara umum Anda dapat mengikuti aturan praktis (rule of thumb) di bawah ini ketika mempertimbangkan vaksinasi gabungan:
- Dua atau lebih vaksin non-hidup: dapat diberikan bersamaan atau dipisahkan dengan interval antar dosis sembarang.
- Vaksin Non-Hidup dan Vaksin Hidup: dapat diberikan bersamaan atau dipisahkan dengan interval antar dosis sembarang.
- Dua atau lebih vaksin hidup: interval minimum 28 hari, jika tidak diberikan secara bersamaan
Anda dapat mendiskusikan lebih lanjut mengenai keamanan pemberian vaksinasi gabungan yang Anda butuhkan.
- Apakah ada efek samping setelah vaksinasi?
Seperti produk farmasi apa pun, vaksin memiliki kemungkinan menyebabkan efek samping ringan, seperti demam ringan, nyeri atau kemerahan pada lokasi suntikan. Reaksi ringan ini akan hilang dengan sendirinya tanpa intervensi dalam beberapa hari.
Efek samping yang berat atau bertahan lama sangat jarang terjadi. Vaksin merupakan produk farmasi dengan pemantauan keamanan yang sangat ketat dan terus dikaji untuk mendeteksi efek samping yang jarang terjadi.
- Saya memiliki alergi terhadap Telur, apakah saya masih boleh menerima vaksin Influenza?
Panduannya tentang larangan mendapat vaksinasi influenza pada orang dengan alergi telur direvisi pada tahun 2018. Orang dengan riwayat alergi telur yang hanya mengalami urtikaria (gatal-gatal) setelah terpapar telur diperbolehkan menerima vaksin influenza. Setiap vaksin influenza yang direkomendasikan dan sesuai dengan status kesehatan mereka dapat digunakan.
Orang yang melaporkan memiliki reaksi terhadap telur yang melibatkan gejala selain urtikaria (gatal-gatal), seperti angioedema atau pembengkakan, gangguan pernapasan, sakit kepala ringan, atau muntah berulang, atau yang memerlukan epinefrin atau intervensi medis darurat lainnya, juga diperbolehkan untuk menerima vaksin influenza yang sesuai dengan usia dan status kesehatan mereka.Riwayat reaksi alergi berat terhadap vaksin influenza, terlepas dari komponen yang diduga bertanggung jawab atas reaksi tersebut, merupakan kontraindikasi untuk penerimaan vaksin di masa mendatang.
- Apakah perlu melakukan tes kehamilan secara rutin sebelum memberikan vaksinasi kepada wanita usia subur (WUS)?
Secara umum pemeriksaan kehamilan sebelum vaksinasi tidak direkomendasikan secara rutin. Namun, skrining tentang adanya kemungkinan hamil pada pasien wanita usia subur penting untuk dilakukan sebelum pemberian vaksin apa pun yang memiliki kontraindikasi kehamilan. Jawaban pasien harus didokumentasikan oleh dokter dan ditandatangani oleh pasien dalam rekam medis.
Jika pasien menjawab bahwa mereka yakin tidak ada kemungkinan hamil, misalkan pasien sedang dalam masa menstruasi, maka tes kehamilan tidak perlu dilakukan. Namun, apabila pasien tidak yakin, tes harus dilakukan sebelum memberikan vaksin yang tidak direkomendasikan atau dikontraindikasikan pada kehamilan.
- Berapa lama seseorang wanita usia subur (WUS) harus menghindari kehamilan setelah menerima vaksin hidup yang dilemahkan?
Karena risiko teoretis pada janin yang sedang berkembang, kami merekomendasikan agar kehamilan dihindari selama empat minggu setelah menerima vaksin hidup yang dilemahkan (contoh: MMR, Varicella, Yellow Fever). Interval ini mungkin lebih pendek dari yang direkomendasikan oleh produsen.