Virus Varicella zoster (VZV) adalah virus DNA dari keluarga Orthoherpesviridae. Virus ini bertanggung jawab menyebabkan cacar air (biasanya infeksi primer pada inang yang tidak kebal) dan Herpes zoster atau Shingles (setelah reaktivasi infeksi laten). Cacar air menyebabkan ruam kulit yang membentuk lepuh kecil yang gatal dan berkeropeng.
Vaksinasi Varicella merupakan cara terbaik untuk melindungi anak Anda dari penyakit Cacar Air (Chickenpox; Varicella zoster), mencegah reaktivasi virus menjadi Cacar Ular (Shingles; Herpes zoster) dan komplikasi dari infeksi VZV yang berpotensi serius.
Sekilas tentang Varicella zoster dan Herpes zoster
Cacar air atau varicella merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus varicella-zoster (VZV). Virus ini bertanggung jawab menyebabkan cacar air (biasanya infeksi primer pada inang yang tidak kebal) dan herpes zoster atau herpes zoster (setelah reaktivasi infeksi laten).
Cacar air menyebabkan ruam kulit yang membentuk lepuh kecil dan gatal, yang kemudian mengeropeng. Biasanya dimulai di dada, punggung, dan wajah kemudian menyebar. Hal ini disertai demam, kelelahan, faringitis, dan sakit kepala yang biasanya berlangsung lima hingga tujuh hari.
Komplikasinya meliputi pneumonia, radang otak, dan infeksi bakteri pada kulit. Penyakit ini lebih parah pada orang dewasa dibandingkan pada anak-anak. Gejala mulai muncul 10 hingga 21 hari setelah terpapar, namun masa inkubasi rata-rata adalah sekitar dua minggu.
Cacar air adalah penyakit yang menular melalui udara dan menyebar melalui batuk dan bersin, serta melalui kontak dengan lesi kulit. Ini mungkin mulai menyebar satu hingga dua hari sebelum ruam muncul sampai semua lesi menjadi berkerak. Penderita herpes zoster dapat menularkan cacar air kepada mereka yang tidak kebal melalui kontak dengan lepuh.
Penyakit ini didiagnosis berdasarkan gejala yang muncul dan dikonfirmasi dengan pengujian reaksi berantai polimerase (PCR) terhadap cairan lepuh atau koreng. Tes antibodi dapat dilakukan untuk menentukan apakah terdapat kekebalan. Meskipun infeksi ulang varicella dapat terjadi, infeksi ulang ini biasanya tidak menunjukkan gejala dan lebih ringan dibandingkan infeksi primer.
Kenapa anak saya memerlukan Vaksin Varicella?
- Melindungi anak Anda dari infeksi varicella (cacar air) yang sangat mudah menular terutama pada anak-anak di sekolah, tempat penitipan anak, dan taman bermain anak.
- Mencegah anak Anda menularkan virus varicella ke perempuan hamil. Paparan virus varicella pada perempuan hamil dapat mengakibatkan sindrom kongenital varicella, yang meliputi:
- malformasi kongenital
- parut kulit
- gangguan anomali lain
- Mengurangi risiko penyakit yang dapat menyebabkan anak Anda tertinggal di sekolah, dan Anda tidak perlu absen dari pekerjaan.
Kapan anak sebaiknya mendapatkan vaksinasi Varicella?
Anak Anda akan membutuhkan dua dosis vaksinasi VZV untuk perlindungan terbaik. Satu dosis pada masing-masing usia berikut:
- Dosis Pertama: 12 - 15 bulan
- Vaksin VZV diberikan mulai usia 12 bulan yang merupakan waktu terbaik sebelum masuk sekolah.
- Anak berusia antara 12 bulan hingga 12 tahun dapat menerima vaksin VZV bersama dengan vaksin MMR dalam satu suntikan, yang dikenal sebagai MMRV.
- Dosis Kedua: 4 - 6 tahun
- Dosis vaksin VZV ke-2 diberikan pada usia 4-6 tahun.
Bagaimana rekomendasi pemberian vaksin Varicella untuk orang dewasa?
Orang berusia 13 tahun ke atas yang belum pernah menderita cacar air atau menerima vaksin cacar air, atau tidak menerima vaksin VZV (varicella-zoster virus vaccine) lengkap harus segera melengkapi dua dosis vaksin Varicella, setidaknya dengan jarak 28 hari. Vaksinasi cacar air sangat penting direkomendasikan untuk:
- Petugas di fasilitas kesehatan
- Orang yang merawat atau berada di sekitar orang lain yang tubuhnya kurang mampu melawan kuman dan penyakit (daya tahan tubuh melemah, imunokompromais)
- Guru / Pengajar
- Pekerja penitipan anak
- Penghuni dan staf di panti jompo dan tempat tinggal lainnya
- Mahasiswa
- Narapidana dan staf lembaga pemasyarakatan
- Personil militer
- Wanita tidak hamil usia subur
- Remaja dan orang dewasa yang tinggal bersama anak-anak
- Pelaku perjalanan internasional
Beberapa orang dengan sistem kekebalan yang lemah (imunokompromais) yang tidak memiliki imunitas terhadap cacar air dapat dipertimbangkan untuk mendapatkan vaksinasi varicella setelah berkonsultasi dengan dokter, termasuk:
- Orang dengan HIV dengan T-cell (CD4+) ≥ 200 sel/uL
- Orang dengan kanker dalam kondisi remisi
- Orang dalam pengobatan steroid jangka panjang dosis rendah
Mendapatkan vaksin VZV juga menurunkan risiko anak-anak dan orang dewasa dari penyakit Herpes Zoster (Istilah lainnya termasuk Shingles; Cacar Api; Cacar Ular; Penyakit Dompo; Penyakit Herpes).
Bagaimana rekomendasi pemberian vaksin Herpes zoster untuk orang dewasa?
Apabila akses tersedia untuk mendapatkan vaksin Herpes zoster rekombinan (Shingrix), maka 2 (dua) dosis dapat diberikan kepada dewasa usia lanjut dengan interval antar dosis 2 hingga 6 bulan. Untuk dewasa muda di atas usia 19 tahun hingga lanjut usia yang memiliki kondisi supresi imunitas, vaksin Shingrix dapat diberikan sebanyak 2 dosis dengan interval 1 hingga 2 bulan.
Catatan: Saat ini di Indonesia belum tersedia vaksin Herpes zoster rekombinan
Apa perbedaan VZV dan HZV?
Penyakit Herpes Zoster adalah infeksi yang terjadi ketika virus varicella-zoster aktif kembali dari keadaan latennya di ganglion akar dorsal posterior. Baik vaksin varicella maupun vaksin herpes zoster memiliki efektivitas yang baik untuk mencegah terjadinya penyakit Herpes Zoster.
Perbedaan yang signifikan antara kedua vaksin adalah bahwa vaksin varicella merupakan vaksin hidup dilemahkan (live-attenuated) dan vaksin herpes zoster merupakan vaksin rekombinan. Vaksin rekombinan Herpes Zoster secara umum dapat diberikan bagi mereka yang tidak diperbolehkan (kontraindikasi) untuk mendapat vaksin varicella yang merupakan vaksin hidup, termasuk di antaranya adalah mereka yang memiliki defisiensi sistem kekebalan tubuh (imunokompromais), baik karena sebuah penyakit yang diderita, proses pengobatan tertentu, atau karena penuaan.
Oleh karenanya, vaksin shingles dikhususkan untuk diberikan untuk populasi yang tidak dapat diproteksi oleh vaksin varicella hidup, yaitu individu mulai usia 65 tahun hingga usia lanjut, atau untuk mereka yang memiliki kontraindikasi untuk menerima vaksinasi varicella dengan vaksin hidup.
Bagaimana Reaksi Pasca Imunisasi setelah Vaksinasi VZV?
Vaksinasi varicella sangat aman dan efektif mencegah penyakit dan komplikasi terkait infeksi cacar air. Vaksin, seperti obat apa pun, dapat memiliki efek samping. Ketika terjadi, efek samping vaksinasi varicella umumnya ringan dan hilang dengan sendirinya (self-limiting) dalam beberapa hari.
Sebagian besar anak yang diberikan vaksin varicella tidak mengalami reaksi apapun, namun efek samping yang paling umum terjadi biasanya ringan dan akan hilang sendiri dalam 1 atau 2 hari, termasuk:
- Nyeri, kemerahan, dan bengkak pada lokasi penyuntikan
- Ruam pada lokasi penyuntikan
- Demam ringan
Jangan tunggu kebobolan, raih kendali kesehatanmu sekarang!
Vaksinasi merupakan cara paling efektif untuk mencegah kamu dari infeksi Varicella-zoster dan Herpes-zoster serta komplikasinya.
Frequently Asked Questions
FAQ Vaksinasi Umum
- Apakah ada pantangan setelah vaksinasi?
Berikut beberapa hal yang bisa dihindari atau dikurangi setelah melakukan vaksinasi untuk membantu pembentukan imunitas pasca-vaksinasi yang lebih optimal:
- Alkohol dan Tembakau: Merokok dan konsumsi alkohol diketahui dapat mengganggu aktivasi kekebalan bawaan (innate immunity) dan kekebalan didapat (acquired immunity) — Pasala et al., 2015; Qiu et al., 2017 — dan dengan demikian dapat menekan produksi antibodi yang diinduksi oleh vaksin.
Penelitian Yamamoto S et al., 2022 di Jepang tahun 2022 yang mengkaji efek rokok tembakau konvensional, produk tembakau yang dipanaskan, dan minuman beralkohol terhadap kadar antibodi pasca-vaksinasi Vaksinasi SARS-CoV-2 konsisten menggambarkan pembentukan kadar antibodi yang lebih rendah seiring dengan dosis tembakau dan alkohol yang lebih tinggi.
Minuman beralkohol dan tembakau juga diduga dapat meningkatkan efek samping vaksin yang membuat pengalaman vaksinasi Anda menjadi lebih menegangkan dan tidak menyenangkan. - Aktivitas Berat: Olahraga bukan merupakan pantangan setelah vaksinasi, dan justru memperbaiki sirkulasi yang dapat membantu mengurangi efek samping. Sebagian besar orang tidak mengalami reaksi apapun yang membatasi kegiatan sehari-hari seperti bekerja, mengemudi, dsb. Akan tetapi, penting untuk tetap menjaga mindfulness terhadap apa yang sedang disampaikan oleh tubuhmu.
Apabila Anda merasakan lemas atau letih, jangan dipaksa olahrga yang terlalu berat. Apabila Anda merasa mengantuk, hindari aktivitas yang membutuhkan konsentrasi tinggi seperti mengemudi, mengoperasikan alat berat, atau kegiatan lain yang sekiranya dapat membahayakan dirimu dan atau orang lain.
Reaksi-reaksi pasca-vaksinasi, meski bisa berbeda-beda intensitasnya pada setiap orang, merupakan hal yang wajar karena tubuhmu sedang belajar dan proses tersebut memerlukan energi. - Steroid dan Pengencer Darah: Konsultasikan dengan dokter Anda sebelum vaksinasi jika Anda mengonsumsi steroid atau pengencer darah. Orang yang menggunakan steroid dan pengencer darah umumnya akan disarankan untuk menghentikan pengobatan mereka selama dua hari sebelum dan dua hari setelah pemberian vaksin untuk mencegah efek samping.
- Alkohol dan Tembakau: Merokok dan konsumsi alkohol diketahui dapat mengganggu aktivasi kekebalan bawaan (innate immunity) dan kekebalan didapat (acquired immunity) — Pasala et al., 2015; Qiu et al., 2017 — dan dengan demikian dapat menekan produksi antibodi yang diinduksi oleh vaksin.
- Saya sedang mengonsumsi antibiotik, vaksinasinya saya tunda saja ya.
Pengobatan dengan antibiotik bukan alasan yang sah untuk menunda vaksinasi. Jika seorang anak atau orang dewasa itu sehat, atau hanya sakit ringan, dan tanpa demam ≥ 38°C, vaksin dapat tetap diberikan. Tetapi jika orang tersebut memiliki penyakit akut sedang atau berat (terlepas dari penggunaan antibiotik), terutama apabila mengalami demam ≥ 38°C, pemberian vaksin dapat ditunda sampai kondisi orang tersebut membaik.
- Vaksinnya boleh dikirim saja kah? Saya bisa melakukan penyuntikan sendiri.
Vaksin pada dasarnya bukan merupakan produk farmasi bebas (OTC; over-the-counter) dan tidak dapat dijual bebas. Vaksin dan vaksinasi harus direkomendasikan oleh dan diberikan dalam pengawasan dokter terlatih (vaksinolog). Berikut beberapa alasan yang mendasarinya:
- Meski semua vaksin yang terlisensi sudah melewati penelitian dan pengujian klinis selama setidaknya 10-15 tahun sehingga keamanan dan efektivitasnya dapat diakui dan dipertanggungjawabkan, serta hampir semua orang bisa mendapatkan manfaat dari vaksinasi, namun ada beberapa kelompok populasi yang tidak bisa menerimanya. Vaksinolog Anda lah yang bertugas untuk menyingkirkan kemungkinan kontraindikasi tersebut melalui proses skrining, dan — meski kemungkinannya sangat kecil — memahami bagaimana cara merespon terhadap kejadian anafilaksis;
- Vaksin merupakan produk farmasi yang sangat sensitif suhu. Ada vaksin yang harus disimpan di suhu dingin (antara 2°C dan 8°C), di suhu beku (antara -50°C dan -15°C), dan suhu ultra beku (antara -90°C dan -60°C). Fasilitas kesehatan yang diperuntukkan khusus untuk pelayanan vaksinasi seperti Vaxcorp Indonesia lah yang menjamin bahwa kualitas vaksin yang Anda gunakan terjaga karena pengelolaan yang tepat dan sesuai standar.
- Apakah aman untuk saya mendapatkan dua atau lebih vaksin bersamaan?
Pemberian vaksin kombinasi dan vaksin gabungan pada anak, dewasa, dan pelaku perjalanan memiliki profil manfaat-risiko yang positif dan merupakan strategi yang efisien untuk menghemat biaya dan meningkatkan cakupan. Pemberian vaksinasi gabungan justru harus lebih sering direkomendasikan dan dipraktikkan; hal ini tidak akan membahayakan keselamatan dan kesehatan pasien, akan meningkatkan perlindungan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, dan akan membantu kepatuhan terhadap rekomendasi vaksinasi nasional.
Dengan beberapa pengecualian, pemberian vaksin hidup dan non-hidup yang paling banyak digunakan secara bersamaan telah menghasilkan tingkat serokonversi dan tingkat reaksi samping yang serupa dengan yang diamati ketika vaksin diberikan secara terpisah. Secara umum Anda dapat mengikuti aturan praktis (rule of thumb) di bawah ini ketika mempertimbangkan vaksinasi gabungan:
- Dua atau lebih vaksin non-hidup: dapat diberikan bersamaan atau dipisahkan dengan interval antar dosis sembarang.
- Vaksin Non-Hidup dan Vaksin Hidup: dapat diberikan bersamaan atau dipisahkan dengan interval antar dosis sembarang.
- Dua atau lebih vaksin hidup: interval minimum 28 hari, jika tidak diberikan secara bersamaan
Anda dapat mendiskusikan lebih lanjut mengenai keamanan pemberian vaksinasi gabungan yang Anda butuhkan.
- Apakah ada efek samping setelah vaksinasi?
Seperti produk farmasi apa pun, vaksin memiliki kemungkinan menyebabkan efek samping ringan, seperti demam ringan, nyeri atau kemerahan pada lokasi suntikan. Reaksi ringan ini akan hilang dengan sendirinya tanpa intervensi dalam beberapa hari.
Efek samping yang berat atau bertahan lama sangat jarang terjadi. Vaksin merupakan produk farmasi dengan pemantauan keamanan yang sangat ketat dan terus dikaji untuk mendeteksi efek samping yang jarang terjadi.
- Saya memiliki alergi terhadap Telur, apakah saya masih boleh menerima vaksin Influenza?
Panduannya tentang larangan mendapat vaksinasi influenza pada orang dengan alergi telur direvisi pada tahun 2018. Orang dengan riwayat alergi telur yang hanya mengalami urtikaria (gatal-gatal) setelah terpapar telur diperbolehkan menerima vaksin influenza. Setiap vaksin influenza yang direkomendasikan dan sesuai dengan status kesehatan mereka dapat digunakan.
Orang yang melaporkan memiliki reaksi terhadap telur yang melibatkan gejala selain urtikaria (gatal-gatal), seperti angioedema atau pembengkakan, gangguan pernapasan, sakit kepala ringan, atau muntah berulang, atau yang memerlukan epinefrin atau intervensi medis darurat lainnya, juga diperbolehkan untuk menerima vaksin influenza yang sesuai dengan usia dan status kesehatan mereka.Riwayat reaksi alergi berat terhadap vaksin influenza, terlepas dari komponen yang diduga bertanggung jawab atas reaksi tersebut, merupakan kontraindikasi untuk penerimaan vaksin di masa mendatang.
- Apakah perlu melakukan tes kehamilan secara rutin sebelum memberikan vaksinasi kepada wanita usia subur (WUS)?
Secara umum pemeriksaan kehamilan sebelum vaksinasi tidak direkomendasikan secara rutin. Namun, skrining tentang adanya kemungkinan hamil pada pasien wanita usia subur penting untuk dilakukan sebelum pemberian vaksin apa pun yang memiliki kontraindikasi kehamilan. Jawaban pasien harus didokumentasikan oleh dokter dan ditandatangani oleh pasien dalam rekam medis.
Jika pasien menjawab bahwa mereka yakin tidak ada kemungkinan hamil, misalkan pasien sedang dalam masa menstruasi, maka tes kehamilan tidak perlu dilakukan. Namun, apabila pasien tidak yakin, tes harus dilakukan sebelum memberikan vaksin yang tidak direkomendasikan atau dikontraindikasikan pada kehamilan.
- Berapa lama seseorang wanita usia subur (WUS) harus menghindari kehamilan setelah menerima vaksin hidup yang dilemahkan?
Karena risiko teoretis pada janin yang sedang berkembang, kami merekomendasikan agar kehamilan dihindari selama empat minggu setelah menerima vaksin hidup yang dilemahkan (contoh: MMR, Varicella, Yellow Fever). Interval ini mungkin lebih pendek dari yang direkomendasikan oleh produsen.